![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjHGFrdHUP2h918C1ju1_uuMwGaXlWI-zi1udu16gfT52wWxrxyHlCmpXSofblt5zk3Lr8rgXVMI5UUrFm79nDkOfvaaxPsKyv-3Md2LHmgVWNpPjNzMy369UsKarWnPjm1bSAFSKIvgM4/s320/kartun-penyiar-radio.png)
Radio
merupakan media massa yang memiliki peran untuk menyampaikan berbagai
informasi. Pada dasarnya media dapat diartikan sebagai cara penyampaian melalui
sebuah saluran yang didalamnya memuat suatu pesan untuk disampaikan kepada
khalayak (Shirley Biagi, 2010). Dengan begitu fungsi media tersebut jelas
sebagai penyampai pesan, begitupun dengan radio. Radio sebagai media massa yang
mengandalkan komunikasi sebagai sarana penunjang terciptanya hubungan antara
pendengar dengan media itu sendiri dalam menyampaikan suatu informasi atau
pesan. Pesan yang akan disampaikan dalam sebuah siaran radio akan tersampai
dengan baik apabila seorang penyiar mampu menginformasikannya dengan baik. Jadi
disinilah akan diketahui peran seorang penyiar dalam menyampaikan pesan dan
informasi kepada pendengar atau masyarakat secara baik dan komunikatif.
Seperti
yang kita ketahui dalam sebuah perusahaan penyiaran seperti radio tentu
memiliki management yang mengatur setiap jalannya program radio tersebut. Ada
manager, marketing, team kreatif, penyiar, dll. Namun disini yang paling
penting dan memiliki tanggung jawab dalam penyampaian informasi dan pesan dalam
siaran adalah penyiar yang akan secara langsung membawakan sebuah acara yang
telah disusun oleh team kreatif untuk disiarkan kepada pendengar.
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) penyiar radio adalah orang yang menyiarkan
atau menyeru pada radio. Atau dapat pula disebut sebagai orang yang bertugas
atau berperan menyampaikan dan membawakan informasi dalam sebuah acara di
radio. Menjadi seorang penyiar artinya kita akan melalukan berbagai macam peran
yang harus kita lakukan sesuai dengan konteks acara yang kita bawakan saat
bersiaran. Seorang penyiar harus bisa melakukan pekerjaan penyiaran, menyiarkan
berita, menyajikan produk komersial, membawakan program-program khusus seperti,
acara olahraga, acara lawak, memimpin jalannya diskusi ataupun sebagai pembawa
acara kuis. Dengan begitu kemampuan seorang penyiar harus benar-benar dilatih
agar dalam membawakan acara radio bisa menarik dan pesan dapat tersampaikan
dengan baik.
Pada
dasarnya tingkat eksistensi sebuah radio pada zaman modern ini juga tergantung
pada seorang penyiar. Karena persaingan yang begitu ketat diantara media massa
sebagai sarana hiburan dan komunikasi. Dalam cabang utama teori kritis media
yang disampaikan oleh MCcQuaail, yaitu teori media ekonomi politik, seperti
Marxisme klasik menyalahkan kepemilikan media bagi keburukan masyarakat.
Menjelaskan isi media merupakan komoditas untuk dijual dipasaran, dan informasi
yang disebarkan diatur oleh apa yang akan diambil oleh pasar. Dengan kata lain
menjadikan jenis program tertentu dan saluran media tertentu dominan dan yang
lain dipinggirkan (Littlejohn, 2009 : 432-433). Dari hal tersebut maka radio
harus mampu bersaing dengan media lainnya dengan memajukan program unggulan
untuk tetap bertahan di dunia penyiaran dan agar tetap digemari masyarakat.
Kembali
lagi kepada fungsi seorang penyiar sebagai denyut kehidupan dunia radio,
menuntut penyiar untuk lebih fasih dan kreatif membawakan setiap program acara
unggulan di radio. Hal ini dilakukan untuk menarik pendengar agar menyimak program
dan siaran radio yang dibawakan. Sebenarnya radio tidak hanya berfungsi sebagai
sarana komunikasi dan informasi saja. Namun pada kenyataan sekarang ini radio
dan penyiar harus mampu bekerjasama menjadi sebuah media hiburan yang menarik.
Apalagi saat ini peminat radio mulai menurun lagi-lagi disebabkan karena banyak
nya program TV yang lebih menarik untuk disimak dan ditambah lagi dengan adanya
Internet dan media sosial lainnya yang membuat radio menjadi kurang diminati.
Kawula
muda dan para remaja yang lebih aktif dan memiliki daya tarik tinggi terhadap
sesuatu yang baru, membuat mereka lebih memilih internet dan sosial media yang
lebih menjanjikan mereka untuk mendapat segudang informasi yang mereka
inginkan. Dapat diakses dengan mudah, praktis dan cepat hanya dengan
menggunakan ponsel yang terdapat aplikasi untuk koneksi ke internet. Mulai dari
perkembangan politik, pendidikan, hobi, sampai model fashion terkini sangat
mudah mereka dapatkan melalui media sosial. Selain itu gosip dan kabar terhangat
yang biasa dinanti pun dapat secara langsung diakses. Dan jika ingin
berkomunikasi maupun bertukar informasi dengan teman juga bisa langsung
menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, watshap, dll. Inilah yang
mengakibatkan radio sebagai media komunikasi audio mulai ketinggalan dan kurang
diminati. Radio yang hanya bisa sebagai media informasi dan komunikasi yang
sifatnya audio tentu kurang memberikan kepuasan bagi peminat informasi dan
komunikasi yang lebih.
Namun
bukannya radio menjadi media massa yang ketinggalan zaman saat ini. Radio
sendiri sebenarnya masih ada dinanti dan memiliki tempat dihati para
penggemarnya. Dari remaja, kawula muda dan orang tua masih memiliki minat pada
beberapa siaran di radio. Itu semua kembali lagi pada peran penyiar sebagai
pembawa setiap acara di radio. Penyiar sangat memiliki hubungan erat dengan
pendengar radio. Penyiar dituntut untuk dekat dengan pendengar. Harus mampu
menciptakan hubungan yang baik dengan pendengar. Radio yang bersifat audio
tentu berdampak pada penyiar dan pendengar. Karena pendengar hanya bisa
mendengarkan suara penyiar tanpa melihat wajahnya atau tanpa adanya tatap muka.
Hal ini menjadi tantangan sendiri bagi seorang penyiar, bagaimana caranya agar
pendengar dapat senyaman mungkin dengan penyiar dan program acara yang
dibawakannya. Seorang penyiar harus lebih persuasif dan komunikatif pada
pendengarnya. Penyiar dalam membawakan suatu acara dapat berkomunikasi dengan
pendengar dengan cara mengajak pendengar untuk ngobrol santai dan menciptakan imajinasi
pendengar agar ia mampu larut dalam acara yang dibawakan. Radio menghasilkan
gambar dalam imajinasi pendengar melalui kata dan suara yang disebut dengan Theater
of Mind. Untuk itu seorang penyiar harus melakukan dan mencermati beberapa
hal dibawah ini seperti yang dikemukakan Wanda Yulia dalam bukunya Andai Aku
Jadi Penyiar, yaitu :
a.
Libatkan pendengar dalam program acara.
Maksudnya
disini adalah seorang penyiar harus mampu mengajak pendengar untuk ikut serta
dalam program yang dibawakan. Jangan sampai pendengar hanya sebatas tertarik
dengan suara penyiar saja. Pamerkan program yang dibawakan. Tunjukkan
manfaatnya bila menyimak program tersebut. Dan buat pendengar antusias dan
tertarik untuk menyimak program yang dibawakan.
b.
Berbicara bukan bersuara.
Berbicara
bukan membaca. Maksudnya adalah meskipun seorang penyiar bekerja dengan lembar
skrip siaran, namun seorang penyiar yang baik tidak akan menyampaikan program
dengan hanya membaca. Penyiar harus mampu bersiaran seperti halnya sedang
berbicara langsung dengan orang lain (pendengar). Dengan begitu bahasa yang
akan diucapkan akan lebih fleksibel dan santai atau tidak seperti membaca.
c.
Memaksimalkan ekspresi tubuh ke suara
Harus
dipahami bahwa performa penyiar radio hanya lewat suara. Jadi suara harus benar-benar
menjadi medium utama komunikasi antara penyiar dan pendengar. Untuk itu seluruh
ekspresi komunikasi penyiar harus bisa digambarkan melalui suara. Misalnya,
seorang penyiar yang baik harus bisa menyalurkan emosinya, dan
mengekspresikannya melalui suara. Dengan begitu suara yang dikeluarkan seorang
penyiar akan lebih bernyawa atau menimbulakn nuansa dan tidak hanya sekedar
suara kosong.
d.
Bergairah
Menjadi
seorang penyiar harus selalu bergairah dalam keadaan apapun. Karena tentu
pendengar akan lebih tertarik dengan sajian acara yang dibawakan oleh penyiar
dengan penuh gairah dan semangat.
e.
Empati
Penyiar
radio adalah sahabat bagi pendengarnya. Salah satu nya adalah dengan membangun
empati. Dengan membangun empati maka seorang penyiar akan melihat kepentingan
atau kebutuhan pendengarnya. Tidak berarti bahwa penyiar memaksakan kehendak
kepada pendengar supaya dapat diterima. Namun disini kebalikannya, seorang
penyiar selalu memulai siaran dengan memahami kebutuhan pendengar.
f.
Penyiar adalah “etalase” radio
Sebagai
“etalase” radio atau bisa disebut juga dengan “citra radio” seorang penyiar
harus mampu membawakan penampilannya dalam bersiaran dengan baik. Semakin baik
performa seorang penyiar dalam bersiaran maka akan semakin baik pula citra
radio tersebut.
g.
Terbuka pada kritik
Setiap
kritik bisa menjadi tolak ukur sampai mana kemampuan yang dicapai seseorang
dalam kariernya. Menjadi seorang penyiar yang profesional akan berdampak pada
banyaknya pendengar yang senantiasa mendengarkan siaran kita. Jadi seorang penyiar
harus bisa mengikuti perkembangan penggemarnya juga. Jika tidak begitu maka
tidak sedikit kritik yang akan diterima sekalipun itu dari para penggemar.
Dengan terbuka terhadap kritikan artinya semakin membuat seorang penyiar
belajar untuk lebih baik lagi.
h.
Jadilah pendengar yang baik
Ada
ungkapan bahwasannya “seorang pembicara yang baik, tumbuh karena kemampuannya
menjadi pendengar yang baik”. Begitu pula dengan penyiar, bukan hanya sekedar
kemampuan berbicaranya yang baik namun juga harus menjadi pendengar yang baik.
Dengan mendengarkan maka akan mendapat segudang masukan dan bahan untuk
memperbaiki diri dan bisa juga sebagai materi siarannya.
Dari
segi pribadi seorang penyiar agar disukai pendengar, maka penyiar juga harus
memiliki beberapa hal dalam dirinya, yaitu : Naturalness, seorang penyiar harus
bersikap senatural mungkin dan tetap menjadi dirinya sendiri. Karena pendengar
akan lebih menyukai penyiar yang berkarakter dan memiliki ciri khas tersendiri
dalam dirinya. Vitality, penyiar radio menjadi panutan bagi pendengar. Untuk
itu sebagai seorang penyiar yang baik harus selalu memberikan penampilan yang
baik bagi pendengarnya. Reliability, kejujuran sangat penting dalam segala hal.
Termasuk dalam bersiaran, seorang penyiar harus menyampaikan suatu informasi
secara benar jujur, dan apa adanya. Friendliness, layaknya seorang sahabat,
penyiar dituntut untuk menjalin hubungan baik atau akrab dengan pendengar.
Menjadi sahabat pendengar yang senantiasa mendengarkan kemauan mereka dan
menyajikan informasi yang mereka butuhkan. Believability, penyiar radio harus
dapat dipercaya dalam segala hal. Termasuk dalam menyampaikan informasi secara
benar. Segala sesuatu yang disampaikan harus bisa dipertanggungjawabkan.
Adaptability, sebagai penyiar tentu akan memiliki banyak pergaulan. Disini
seorang penyiar tentu harus bisa beradaptasi dengan berbagai perubahan di
lingkungan pergaulan dan menghadapi berbagai pendengar yang memiliki minat dan
pandanagn yang berbeda-beda. (Wanda, 2010 :50-53).
Beberapa
hal diatas adalah cara agar seorang penyiar dapat menjalin hubungan yang baik
dengan pendengar. Berusaha untuk menjadi sahabat bagi pendengar juga merupakan
salah satu cara agar pendengar senantiasa menjadi penggemar acara maupun radio
siaran kita. Radio sebagai salah satu media massa memiliki keunikan tersendiri.
Salah satu keunikannya adalah bentuk komunikasi antar pribadi. Melalui bentuk
komunikasi tersebut dapat memungkinkan munculnya kedekatan dengan pendengarnya
dari sisi emosional, yang menjadikan radio siaran tetap eksis dan lekat di hati
penggemarnya sepanjang zaman. Kita dapat merasakan betapa dekatnya seorang
penyiar radio dengan pendengarnya seperti layaknya seorang sahabat yang
berbicara penuh kehangatan (Wanda, 2010: 16). Jadi hubungan yang baik antara
penyiar dan pendengar layaknya sahabat sangat diperlukan untuk dapat membuat
pendengar setia dengan siaran radio. Dengan mengikat hati pendengar sangat
diperlukan untuk mempertahankan eksitensi radio di dalam dunia penyiaran dan
mampu bersaing kembali dengan media massa lainnya.
REFERENSI
Littlejohn, Stephen W.
2009. Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika
Maryani, Eni. 2011. Media
dan Perubahan Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya
Yulia, Wanda. 2010. Andai
Aku jadi Penyiar. Yogyakarta: C.V Andi Offset
_nada_
1 komentar:
terimakasih kak,,,, blognya bantu banget,,,
Posting Komentar