Pagi
yang indah, matahari telah tersenyum menyambut indahnya dunia. Langit cerah
mewarnai keelokan alam ciptaan Tuhan. Burung-burung menari penuh riang diantara
pepohonan nan rindang disudut sebuah bangunan sekolah dasar. Namun suasana pagi
yang indah ini tidak terlukis di wajah Rani yang beberapa hari ini tidak ceria.
Dia nampak sangat tertekan.
“Anak
bakwan, sini balikin bolanya. Hahahaha” (teriakan sangat keras terdengar
nyaring dari seorang siswa laki-laki teman sekelas Rani yang saat itu sedang
bermain sepak bola). Namun Rani tidak menghiraukannya dan langsung pergi begitu
saja.
Saat
jam istirahat selesai Bu Anisa guru kelas 5 SD Nusa Bangsa memanggil Rani ke
kantor. Rani mendapat hukuman atas tindakannya yang mengotori baju temannya
dengan kecap. Sebagai hukuman Rani disuruh membersihkan toilet siswa hingga
bersih. Rani yang saat itu marah dan kecewa hanya memilih untuk diam tanpa
menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Dengan terpaksa ia harus
membersihkan semua toilet dengan bersih.
Setelah
selesai Rani segera kembali ke kelas dengan baju yang kotor dan sedikit basah
karena membersihkan toilet. Dari jauh ruangan kelas Rani nampak sepi.
Sepertinya Bu Guru sedang tidak mengajar diruang kelas atau teman-teman Rani
sedang mengerjakan tugas, sehingga hampir tak ada suara gaduh dari ruang kelas
itu. Rani berharap tidak akan ada lagi yang mencari masalah dengannya. Namun
belum sampai masuk ruang kelas teman-teman Rani menyoraki Rani yang tengah
berdiri di pintu kelas. “hhhuuuuuuuuuuuu, dasar anak bakwan, hahahahahaha.”
“Rani anak bakwan....Rani anak bakwan”. “Anak bakwan habis dapat hukuman ya.
Hahahahahahaha.” “Anak bakwan bau, habis bersihin toilet.” “Rani anak bakwan.”
Dengan
muka merah marah, Rani nampak sangat kesal denagn teman-temannya. Dia berteriak
“Nama ku RANI bukan anak bakwan”. Lalu Rani mengambil tas nya dan lari keluar
sekolah sambil menangis. Dia sangat sedih dan kecewa. Hari ini adalah hari yang
paling buruk dalam hidupnya.
Rani masih
tertunduk menangis disudut gerbang sekolah . Dia nampak sangat sedih dan
sesekali mengusap air matanya yang menetes dipipi. Saat bel sekolah tanda
pulang berbunyi Rani segera lari dan menghilang dibelokan perempatan jalan
depan sekolah. Dia nampak ketakutan dan marah.
***
“Rani,
sudah pulang?” (tanya Bu Astuti menyambut kedatangan Rani dari sekolah). Rani
hanya terdiam dan tidak menjawab pertanyaan ibunya. Dia langsung pergi ke
kamar. Karena khawatir, ibu Astuti menghampiri kamar Rani dan mencoba untuk
berbicara dengannya. “Rani, kamu kenapa nak, ibu lihat kamu tidak seperti
biasanya? Apa kamu sakit? Ayo nak kita makan siang dulu. Ibu sudah menyiapkan
makan siang untuk kamu”. Dari dalam kamar tidak ada sahutan dari Rani. Ibu
Astuti semakin khawatir dengan keadaan Rani yang tiba-tiba berbeda. Akhirnya
ibu Astuti memutuskan untuk membuka kamar Rani dengan kunci cadangan yang ia
simpan.
Setelah
berhasil dibuka, ibu Astuti sangat kaget karena melihat anak semata wayang nya
itu menangis tersedu di pojok tempat tidur. Perlahan ibu Astuti menghampiri
Rani dan memeluknya. “Rani, kamu kenapa nangis nak? Ada apa?” Lagi-lagi tak ada
jawaban dari Rani. Malah yang terjadi adalah Rani marah kepada ibu nya dan
melepas pelukan ibunya. “Rani marah sama ibu, sejak Bapak meninggal Rani jadi
anak yatim, Rani diejek teman-teman Rani. Rani malu Bu. Mereka tidak pernah
manggil nama Rani mereka selalu memanggil ku anak bakwan. Itu karena Ibu jualan
gorengan bakwan. Ini semua salah Ibu. pokoknya Rani nggak mau sekolah. Rani
benci sama Ibu, Rani benci sama teman-teman. “Rani memang bukan anak bakwan
nak, maafin ibu ya, gara-gara ibu kamu harus malu.” Ibu Astuti mencoba
menenangkan Rani dengan memeluknya. Dia berjanji besok akan menemui guru
kelas Rani untuk membicarakan masalah
ini.
***
Keesokan
harinya Rani pergi ke sekolah bersama ibu nya. Matanya masih sembab akibat
terlalu banyak menangis. Dia nampak masih sangat kecewa, marah dan ketakutan.
Di
ruang guru. Bu Astuti dan Rani bertemu dengan Bu Anisa wali kelas Rani. Lalu Bu
Astuti menceritakan semua yang telah terjadi dengan anaknya. Bu Anisa pun
nampak sangat kecewa dan merasa bersalah kepada Rani. “Oo, jadi begitu ya bu
ceritanya, sebelumnya saya minta maaf karena saya sendiri sempat menghukum Rani
karena waktu itu ada anak yang mengadukan Rani telah mengotori baju temannya
dengan kecap. Saya juga tidak tahu apa masalah yang sebenarnya terjadi kepada
Rani dan juga teman-teman nya. Saya mohon maaf ya bu dan tentunya Rani juga. Dan
untuk tindakan selanjutnya saya akan berbicara dengan murid-murid saya mengenai
hal ini. Jadi mari silahkan ikut saya keruang kelas.”
Bu
Anisa mengajak Rani dan Bu Astuti untuk ke kelas 5. Disana Bu Anisa menjelaskan
dan menasehati murid-murid nya untuk meminta maaf dengan Rani.”Anak-anak ibu
telah mendengar kejadian sebenarnya dari Rani dan ibunya. Kalian tahu, nama
adalah sebuah identitas dan doa yang diberikan orang tua kita sebagai bentuk
rasa sayang dan pengharapan atas nama yang diberikan. Jadi sejelek apapun nama
yang telah orang tua berikan kepada kita, kita tidak boleh menyesalinya maupun
menggantinya. Seperti teman kita ini, namanya bagus Rani. Tapi mengapa kalian
malah memanggilnya dengan sebutan anak bakwan?” “Dia kan ibu nya jualan bakwan bu.”
(sahut salah seorang anak) “Meskipun ibu nya Rani jualan bakwan tapi dia kan
punya nama, RANI, jadi kalian tidak boleh memanggil nama orang seenaknya saja.
Nah sekarang misalnya kamu Bimo, ayah kamu kan punya toko kelontong. Apa kamu
mau dipanggil anak kelontong?” “Emmmmtt.,enggak mau bu.” “Makanya anak-anak
kita jangan pernah mengejek dan mengganti nama orang. Apalagi Rani ini teman
kita yang pintar dan baik. Dia tidak akan membuat masalah dengan kalian kalau
kalian juga tidak membuat masalah dengannya. Kalian mengerti anak-anak?” “Iya
bu mengerti.” “Yasudah sekarang kalian semua minta maaf dengan Rani. Dan kalian
harus tetap memanggil dengan namanya ya.” “Iya Bu.”
Anak-anak
pun berjajar bersalaman minta maaf dengan Rani. Mereka menyesal telah mengganti
dan mengejek nama Rani. Mereka juga bejanji akan menjadi teman yang baik untuk
Rani, meskipun Rani adalah anak yatim dan miskin.
Rani juga minta
maaf kepada ibunya karena telah marah kepadanya. Rani tahu dia harus bersyukur
mempunyai Ibu yang baik yang selalu menjaga dan merawatnya. Sekarang Rani tidak
malu dan tidak khawatir lagi dengan ibunya yang jualan bakwan. Karena sekarang
teman-teman memanggil anak bakwan dengan nama aslinyanya yaitu RANI.
*** TAMAT ***
_nada_
0 komentar:
Posting Komentar