Senin, 29 Juni 2015

RANI !!! Bukan ANAK BAKWAN

Pagi yang indah, matahari telah tersenyum menyambut indahnya dunia. Langit cerah mewarnai keelokan alam ciptaan Tuhan. Burung-burung menari penuh riang diantara pepohonan nan rindang disudut sebuah bangunan sekolah dasar. Namun suasana pagi yang indah ini tidak terlukis di wajah Rani yang beberapa hari ini tidak ceria. Dia nampak sangat tertekan.
“Anak bakwan, sini balikin bolanya. Hahahaha” (teriakan sangat keras terdengar nyaring dari seorang siswa laki-laki teman sekelas Rani yang saat itu sedang bermain sepak bola). Namun Rani tidak menghiraukannya dan langsung pergi begitu saja. 
Di kantin ketika Rani sedang minum, tiba-tiba ada beberapa anak perempuan yang duduk disampingnya. “Hey bakwan ambilin kecap didepan mu itu.” Rani hanya diam tidak menghiraukan anak perempuan itu. “heeeeyyyy anak bakwan, denger gak sih kamu, ambilin kecap.” Tiga kali anak itu meminta agar Rani mengambilkan kecap untuk nya. Namun tiba-tiba dengan spontan Rani mengambil kecap itu dan membukanya lalu menumpahkannya dibaju anak perempuan tadi. Dengan spontan pula anak perempuan tadi menangis dan marah pada Rani. “Kok kamu numpahin kecapnya di baju ku sih. Dasar anak bakwan, miskin, suka cari masalah, kampungan.” “Nama ku Rani bukan anak bakwan. Sekali lagi kamu panggil aku anak bakwan aku akan siram kamu dengan air satu ember.” (Rani sangat marah dan dia langsung pergi).
Saat jam istirahat selesai Bu Anisa guru kelas 5 SD Nusa Bangsa memanggil Rani ke kantor. Rani mendapat hukuman atas tindakannya yang mengotori baju temannya dengan kecap. Sebagai hukuman Rani disuruh membersihkan toilet siswa hingga bersih. Rani yang saat itu marah dan kecewa hanya memilih untuk diam tanpa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Dengan terpaksa ia harus membersihkan semua toilet dengan bersih.
Setelah selesai Rani segera kembali ke kelas dengan baju yang kotor dan sedikit basah karena membersihkan toilet. Dari jauh ruangan kelas Rani nampak sepi. Sepertinya Bu Guru sedang tidak mengajar diruang kelas atau teman-teman Rani sedang mengerjakan tugas, sehingga hampir tak ada suara gaduh dari ruang kelas itu. Rani berharap tidak akan ada lagi yang mencari masalah dengannya. Namun belum sampai masuk ruang kelas teman-teman Rani menyoraki Rani yang tengah berdiri di pintu kelas. “hhhuuuuuuuuuuuu, dasar anak bakwan, hahahahahaha.” “Rani anak bakwan....Rani anak bakwan”. “Anak bakwan habis dapat hukuman ya. Hahahahahahaha.” “Anak bakwan bau, habis bersihin toilet.” “Rani anak bakwan.”
Dengan muka merah marah, Rani nampak sangat kesal denagn teman-temannya. Dia berteriak “Nama ku RANI bukan anak bakwan”. Lalu Rani mengambil tas nya dan lari keluar sekolah sambil menangis. Dia sangat sedih dan kecewa. Hari ini adalah hari yang paling buruk dalam hidupnya.
Rani masih tertunduk menangis disudut gerbang sekolah . Dia nampak sangat sedih dan sesekali mengusap air matanya yang menetes dipipi. Saat bel sekolah tanda pulang berbunyi Rani segera lari dan menghilang dibelokan perempatan jalan depan sekolah. Dia nampak ketakutan dan marah.
***
“Rani, sudah pulang?” (tanya Bu Astuti menyambut kedatangan Rani dari sekolah). Rani hanya terdiam dan tidak menjawab pertanyaan ibunya. Dia langsung pergi ke kamar. Karena khawatir, ibu Astuti menghampiri kamar Rani dan mencoba untuk berbicara dengannya. “Rani, kamu kenapa nak, ibu lihat kamu tidak seperti biasanya? Apa kamu sakit? Ayo nak kita makan siang dulu. Ibu sudah menyiapkan makan siang untuk kamu”. Dari dalam kamar tidak ada sahutan dari Rani. Ibu Astuti semakin khawatir dengan keadaan Rani yang tiba-tiba berbeda. Akhirnya ibu Astuti memutuskan untuk membuka kamar Rani dengan kunci cadangan yang ia simpan.
Setelah berhasil dibuka, ibu Astuti sangat kaget karena melihat anak semata wayang nya itu menangis tersedu di pojok tempat tidur. Perlahan ibu Astuti menghampiri Rani dan memeluknya. “Rani, kamu kenapa nangis nak? Ada apa?” Lagi-lagi tak ada jawaban dari Rani. Malah yang terjadi adalah Rani marah kepada ibu nya dan melepas pelukan ibunya. “Rani marah sama ibu, sejak Bapak meninggal Rani jadi anak yatim, Rani diejek teman-teman Rani. Rani malu Bu. Mereka tidak pernah manggil nama Rani mereka selalu memanggil ku anak bakwan. Itu karena Ibu jualan gorengan bakwan. Ini semua salah Ibu. pokoknya Rani nggak mau sekolah. Rani benci sama Ibu, Rani benci sama teman-teman. “Rani memang bukan anak bakwan nak, maafin ibu ya, gara-gara ibu kamu harus malu.” Ibu Astuti mencoba menenangkan Rani dengan memeluknya. Dia berjanji besok akan menemui guru kelas  Rani untuk membicarakan masalah ini.
***
Keesokan harinya Rani pergi ke sekolah bersama ibu nya. Matanya masih sembab akibat terlalu banyak menangis. Dia nampak masih sangat kecewa, marah dan ketakutan.
Di ruang guru. Bu Astuti dan Rani bertemu dengan Bu Anisa wali kelas Rani. Lalu Bu Astuti menceritakan semua yang telah terjadi dengan anaknya. Bu Anisa pun nampak sangat kecewa dan merasa bersalah kepada Rani. “Oo, jadi begitu ya bu ceritanya, sebelumnya saya minta maaf karena saya sendiri sempat menghukum Rani karena waktu itu ada anak yang mengadukan Rani telah mengotori baju temannya dengan kecap. Saya juga tidak tahu apa masalah yang sebenarnya terjadi kepada Rani dan juga teman-teman nya. Saya mohon maaf ya bu dan tentunya Rani juga. Dan untuk tindakan selanjutnya saya akan berbicara dengan murid-murid saya mengenai hal ini. Jadi mari silahkan ikut saya keruang kelas.”
Bu Anisa mengajak Rani dan Bu Astuti untuk ke kelas 5. Disana Bu Anisa menjelaskan dan menasehati murid-murid nya untuk meminta maaf dengan Rani.”Anak-anak ibu telah mendengar kejadian sebenarnya dari Rani dan ibunya. Kalian tahu, nama adalah sebuah identitas dan doa yang diberikan orang tua kita sebagai bentuk rasa sayang dan pengharapan atas nama yang diberikan. Jadi sejelek apapun nama yang telah orang tua berikan kepada kita, kita tidak boleh menyesalinya maupun menggantinya. Seperti teman kita ini, namanya bagus Rani. Tapi mengapa kalian malah memanggilnya dengan sebutan anak bakwan?” “Dia kan ibu nya jualan bakwan bu.” (sahut salah seorang anak) “Meskipun ibu nya Rani jualan bakwan tapi dia kan punya nama, RANI, jadi kalian tidak boleh memanggil nama orang seenaknya saja. Nah sekarang misalnya kamu Bimo, ayah kamu kan punya toko kelontong. Apa kamu mau dipanggil anak kelontong?” “Emmmmtt.,enggak mau bu.” “Makanya anak-anak kita jangan pernah mengejek dan mengganti nama orang. Apalagi Rani ini teman kita yang pintar dan baik. Dia tidak akan membuat masalah dengan kalian kalau kalian juga tidak membuat masalah dengannya. Kalian mengerti anak-anak?” “Iya bu mengerti.” “Yasudah sekarang kalian semua minta maaf dengan Rani. Dan kalian harus tetap memanggil dengan namanya ya.” “Iya Bu.”
Anak-anak pun berjajar bersalaman minta maaf dengan Rani. Mereka menyesal telah mengganti dan mengejek nama Rani. Mereka juga bejanji akan menjadi teman yang baik untuk Rani, meskipun Rani adalah anak yatim dan miskin.
Rani juga minta maaf kepada ibunya karena telah marah kepadanya. Rani tahu dia harus bersyukur mempunyai Ibu yang baik yang selalu menjaga dan merawatnya. Sekarang Rani tidak malu dan tidak khawatir lagi dengan ibunya yang jualan bakwan. Karena sekarang teman-teman memanggil anak bakwan dengan nama aslinyanya yaitu RANI.

*** TAMAT ***
_nada_

0 komentar:

Posting Komentar