Hari ini kuawali pagi yang indah dengan bersyukur kepada Tuhan YMH.Ku pejamkan kedua mata ini dan kutengadahkan kedua tangan ku memohon kepada Tuhan.Tiba-tiba suara dari luar mengagetkanku “Nadia….ayo bangun!!!!!!” (suara khas lembut dan penuh kasih saying dari mulut seorang wanita separuh baya dengan daster yang melekat ditubuhnya. Itulah ibuku seorang wanita yang dengan penuh kesabarannya memikul kesedihan yang mendalam.Seorang ibu yang Nampak bahagia lewat senyum dibibirnya namun tersimpan hati yang rapuh dalam jiwanya. Dulu, disini, dirumah ini, 3 tahun yang lalu. Bacaan surat yasin terdengar dari para jamaah yang mengiringi tidur lelap seorang anak laki-laki berkafan tepat dihadapanku. Kejadian sore itu 5 September 2008 saat ulang tahunku yang ke 13 jam 16.30 di Jln. Pandawa. Tragedi itu terjadi, bus jurusan Jogja-Solo menghantam tubuh anak kecil bersepeda. Kejadian yang hanya beberapa detik itu sukses membuat orang-orang teriak ketakutan termasuk aku dan ibuku setelah mendengar kabar dari tukang sayur yang biasa lewat didepan rumah kami.Beberapa menit kemudian dihantarkanlah jenazah anak laki-laki itu menuju rumahku.
Tak kuasa aku menahan tangis terasa lemas badan ini seperti dihantam beban berton-ton.Pandangan ini mulai sayup dan kosong aku terdiam seribu bahasa menatap tubuh yang terbaring dihadapanku. Tubuh itu tak akan pernah lagi hidup, tak kan pernah lagi tersenyum kepadaku, dan tak pernah lagi memanggilku dengan sebutan ‘kakak’. Aku jatuh tak berdaya saat itu.Ibu dan ayah memelukku dengan erat menabahkan hatiku yang saat itu benar-benar hancur.Aku semakin histeris ketika kupandang wajah yang berlinang air mata.Beliau mencoba tabah namun aku tau hati ibuku lebih hancur daru.Aku. Ibu lebih kehilangan dari aku , namun ibu mencoba tabah. Ia hanya igin adik ku tersenyum dalam kepergiannya. Dan saat itu ku usap air mata ku dan tak akan menangis lagi. Biarlah adikku pergidengan tenang. Dan aku selalu berdoa agar adikku selalu disisi Tuhan…. Hingga hari ini
Tiba-tiba lamunanku dibuyarkan dengan suara petir yang menyambar, “kog hujan sich???” (gumamku). Sepertinya pagi ini langit sependapat dengan hatiku yang mengingat kejadian 3 tahun yang lalu suranm dan menyedihkan.Tapi hari ini aku harus tetap pergi kesekolah.Dilantai bawah tepat diruang makan telah ada ayah dan ibu ku.Rupanya mereka telah menantiku untuk sarapan bersama. Tepat pukul 06.30 aku berangkat sekolah.Dari rumah ke sekolah membutuhkan waktu 15 menit dengan bus umum.Hari ini aku telat 5 menit menuju halte karena hujan memperlambat langkahku.Aku harus menunggu sekitar 5 menit lagi untuk menanti bus yang ke2. Benar saja 5 menit kemudian bus kota Jogja yang sesak akn penumpang itu berhenti tepat didepanku. Aku segera naik dan mencari tempat duduk yang nyaman.Bus berjalan tak secepat biasanya karena jalanaan licin terguyur air hujan.Lampu merah diperempatan dstasiun membuat bus yang aku tumpangi berhenti sebentar.Sambil ku nanti kupandangi sekeliling jalan.Tiba-tiba mata ku tertarik pada satu sudut jalan dibawah lampu merah seberang jalan. Satu figure yang membuat hatiku teriris dan ingin menatapnya dalam. Hatiku haru menatapnya. Figure seorang anak laki-laki berumur kira-kira 8 tahun dengan baju lusuh yang melekat ditubuhnya. Senyumnya mengiringi lagu yang ia nyanyikan dibawah gerimis. Rasanya aku dekat sekali dengan anak itu rasa ibaku membuatku teringat kepada adikku. Senyum tulusnya kerja kerasnya dan kesederhanaannya mirip dengan adikku “Iqbal” (ucapku lirih memanggil nama adikku). Tiba-tiba rasanya pandangan anak itu tertuju padaku dan tersenyum.Dan lamunanku menghilang ketika bus mulai melaju lagi. Setelah mengarungi jalan dan jembatan akhirnya sampai juga aku disekolah ku tercinta SMA Pancasila .“Nad……ayo” (suara itu mengagetkanku dari belakang).Ternyata itu suara Elsa teman sekelasku.Kamipun segera masuk kelas dan mengikuti pelajaran
Kejadian ini terus berulang dari hari kehari. Semakin membuatku penasaran, seperti ada yang ingin disampaikan anak itu kepadaku
Hari ini seperti biasa aku berangkat sekolah 06.40. Namun saat bus yang aku tumpangi berhenti di lampu merah stasiun, tak ku jumpai anak kecil itu, kini tak ada dia,hanya beberapa temannya. Sama seperti kemarin tak ada dia. Dalam hati aku hanya mengira-ngira,apa mungkin dia pindah tempat ngamen??kenapa sudah dua hari ini dia tidak ada diseberang jalan sana??pertanyaan itu teru ada dalam fikiranku
“Eh….ngelamun aja,ada apa sich???” (Tanya elsa setelah mengagetkanku). Aku yang sedang duduk-duduk dibawah pohon di belakang sekolah itu pun tersontak kaget.”Elsa….emmmttt aku gak papa kok”. “bohong,,ayo dong cerita nad..”. setelah menarik nafas aku pun cerita denagn Elsa tentang kejadian yang aku alami ketika aku akhir-akhir ini bertemu dengan anak kecil itu. “kenapa gak kita samperin aja nad??” “aku gak tau rumah nya sa…” “hemmmm….makanya kita cari dong, dia kan ngamen dilampu merah stasiun,berarti rumahnya gak jauh dari sana,,,nanti pulang sekolah aku temenin dech…okkkk” “eeeeemmmmmmmmmmmmm…………yauda dech…”
Sore itu juga aku dan elsa pergi ke stasiun. Kami bertanya-tanya dan sesekali menyebutkan cirri-ciri fisik anak itu. Mereka sedikit bingung dengan cirri-ciri yang aku sebutkan,namun ada seorang bapak-bapak yang menyuruh kami pergi kepemukiman kumuh dibelakang setasiun. Dan dari Tanya-tanya akrirnya kami sampai disebuah rumah. “toookkk….tookk…tooookkk”. tak lama kemudia seorang perempuan tua membukakan pintu. “siapa ya nak..??” “Kami ingin bertemu cucu nenek…” “adam……..” (nenek itu menangis setelah menyebut satu nama itu) kami sangat bingung. “kamu kakak nya iqal??” “iya…kog nenek tau??” Kemudian nenek itu berjalan menuju sudut rumah dan mengambil sesuatu yang berada didalam laci meja disudut ruangan itu. “baca ini nak” Dengan segudang Tanya akau buka dank u baca surat itu. UNTUK: KAK NADIA YANG BAIK “KAK NADIA AKU ADAM, SAAT KAKAK MEMBACA SURAT INI MUNGKIN AKU SUDAH TIDAK ADA DIDUNIA INI LAGI, AKU TEMAN IQBAL KAK AKU DAN IQBAL TEMAN SEKELAS, SEBELUM IQBAL MENINGGAL IA PERNAH BILANG DIA INGIN SEKALI TINGGAL DIRUMAHKU BERSAMA AKU DAN NENEK,TAPI ITU SEMUA HANYA KENANGAN. IQBAL PENGEN KASIH KADO INI SAMA KAAKAK. BONEKA INI DIBELI IQBAL DENGAN UANG HASIL NGAMEN NYA SAMA AKU. TAPI SEPULANG IQBAL BELI KADO, DIA KECELAKAAN DAN MENINGGAL. KAK NADIA IQBAL SAYANG SAMA KAKAK. KATA IQBAL KAK NADIA SANGAT BAIK,AKU JADI INGIN UNYA KAKAK SEPERTI KAK NADIA,,KAK NADIA JANGAN SEDIH YA,AKU DAN IQBAL SAYANG KAK NADIA ” Air mata ku tak bias lagi kubendung tak sanggup aku membaca surat ini lagi. Ternyata adam seorang anak kecil yang sering aku lihat diseberang jalan sana hanyalah bayangan saja. Sebulan iqbal meninggal adam sakit keras. Penyakit paru-paru yang menyerang tubuhnya perlahan menghabiskan sisa hidup anak kecil itu. Karna tak ada biaya berobat adam terpaksa pasrah dalam sakitnya,hingga ia meninggal. Adam menyusul kepergian iqbal. Kini aku tak tau lagi harus berkata apa. Tak sempat aku mengenal adam kini ia pergi juga. Rasanya ini kehilanganku untuk yang kedua kalinya.meski adam buakn adik kandungku rasanya ia sudah seperti bagian dari keluargaku. “Adam,iqbal, kak nadia saying sama kalian makasih ya atas kadonya. Kalian baik-baik ya disana..” Kini usai sudah cerita adam dan iqbal. Aku bangga punya adik seperti mereka. Semoga mereka selalu disisi TUHAN……amien…. TAMAT
_nada_
Tak kuasa aku menahan tangis terasa lemas badan ini seperti dihantam beban berton-ton.Pandangan ini mulai sayup dan kosong aku terdiam seribu bahasa menatap tubuh yang terbaring dihadapanku. Tubuh itu tak akan pernah lagi hidup, tak kan pernah lagi tersenyum kepadaku, dan tak pernah lagi memanggilku dengan sebutan ‘kakak’. Aku jatuh tak berdaya saat itu.Ibu dan ayah memelukku dengan erat menabahkan hatiku yang saat itu benar-benar hancur.Aku semakin histeris ketika kupandang wajah yang berlinang air mata.Beliau mencoba tabah namun aku tau hati ibuku lebih hancur daru.Aku. Ibu lebih kehilangan dari aku , namun ibu mencoba tabah. Ia hanya igin adik ku tersenyum dalam kepergiannya. Dan saat itu ku usap air mata ku dan tak akan menangis lagi. Biarlah adikku pergidengan tenang. Dan aku selalu berdoa agar adikku selalu disisi Tuhan…. Hingga hari ini
Tiba-tiba lamunanku dibuyarkan dengan suara petir yang menyambar, “kog hujan sich???” (gumamku). Sepertinya pagi ini langit sependapat dengan hatiku yang mengingat kejadian 3 tahun yang lalu suranm dan menyedihkan.Tapi hari ini aku harus tetap pergi kesekolah.Dilantai bawah tepat diruang makan telah ada ayah dan ibu ku.Rupanya mereka telah menantiku untuk sarapan bersama. Tepat pukul 06.30 aku berangkat sekolah.Dari rumah ke sekolah membutuhkan waktu 15 menit dengan bus umum.Hari ini aku telat 5 menit menuju halte karena hujan memperlambat langkahku.Aku harus menunggu sekitar 5 menit lagi untuk menanti bus yang ke2. Benar saja 5 menit kemudian bus kota Jogja yang sesak akn penumpang itu berhenti tepat didepanku. Aku segera naik dan mencari tempat duduk yang nyaman.Bus berjalan tak secepat biasanya karena jalanaan licin terguyur air hujan.Lampu merah diperempatan dstasiun membuat bus yang aku tumpangi berhenti sebentar.Sambil ku nanti kupandangi sekeliling jalan.Tiba-tiba mata ku tertarik pada satu sudut jalan dibawah lampu merah seberang jalan. Satu figure yang membuat hatiku teriris dan ingin menatapnya dalam. Hatiku haru menatapnya. Figure seorang anak laki-laki berumur kira-kira 8 tahun dengan baju lusuh yang melekat ditubuhnya. Senyumnya mengiringi lagu yang ia nyanyikan dibawah gerimis. Rasanya aku dekat sekali dengan anak itu rasa ibaku membuatku teringat kepada adikku. Senyum tulusnya kerja kerasnya dan kesederhanaannya mirip dengan adikku “Iqbal” (ucapku lirih memanggil nama adikku). Tiba-tiba rasanya pandangan anak itu tertuju padaku dan tersenyum.Dan lamunanku menghilang ketika bus mulai melaju lagi. Setelah mengarungi jalan dan jembatan akhirnya sampai juga aku disekolah ku tercinta SMA Pancasila .“Nad……ayo” (suara itu mengagetkanku dari belakang).Ternyata itu suara Elsa teman sekelasku.Kamipun segera masuk kelas dan mengikuti pelajaran
Kejadian ini terus berulang dari hari kehari. Semakin membuatku penasaran, seperti ada yang ingin disampaikan anak itu kepadaku
Hari ini seperti biasa aku berangkat sekolah 06.40. Namun saat bus yang aku tumpangi berhenti di lampu merah stasiun, tak ku jumpai anak kecil itu, kini tak ada dia,hanya beberapa temannya. Sama seperti kemarin tak ada dia. Dalam hati aku hanya mengira-ngira,apa mungkin dia pindah tempat ngamen??kenapa sudah dua hari ini dia tidak ada diseberang jalan sana??pertanyaan itu teru ada dalam fikiranku
“Eh….ngelamun aja,ada apa sich???” (Tanya elsa setelah mengagetkanku). Aku yang sedang duduk-duduk dibawah pohon di belakang sekolah itu pun tersontak kaget.”Elsa….emmmttt aku gak papa kok”. “bohong,,ayo dong cerita nad..”. setelah menarik nafas aku pun cerita denagn Elsa tentang kejadian yang aku alami ketika aku akhir-akhir ini bertemu dengan anak kecil itu. “kenapa gak kita samperin aja nad??” “aku gak tau rumah nya sa…” “hemmmm….makanya kita cari dong, dia kan ngamen dilampu merah stasiun,berarti rumahnya gak jauh dari sana,,,nanti pulang sekolah aku temenin dech…okkkk” “eeeeemmmmmmmmmmmmm…………yauda dech…”
Sore itu juga aku dan elsa pergi ke stasiun. Kami bertanya-tanya dan sesekali menyebutkan cirri-ciri fisik anak itu. Mereka sedikit bingung dengan cirri-ciri yang aku sebutkan,namun ada seorang bapak-bapak yang menyuruh kami pergi kepemukiman kumuh dibelakang setasiun. Dan dari Tanya-tanya akrirnya kami sampai disebuah rumah. “toookkk….tookk…tooookkk”. tak lama kemudia seorang perempuan tua membukakan pintu. “siapa ya nak..??” “Kami ingin bertemu cucu nenek…” “adam……..” (nenek itu menangis setelah menyebut satu nama itu) kami sangat bingung. “kamu kakak nya iqal??” “iya…kog nenek tau??” Kemudian nenek itu berjalan menuju sudut rumah dan mengambil sesuatu yang berada didalam laci meja disudut ruangan itu. “baca ini nak” Dengan segudang Tanya akau buka dank u baca surat itu. UNTUK: KAK NADIA YANG BAIK “KAK NADIA AKU ADAM, SAAT KAKAK MEMBACA SURAT INI MUNGKIN AKU SUDAH TIDAK ADA DIDUNIA INI LAGI, AKU TEMAN IQBAL KAK AKU DAN IQBAL TEMAN SEKELAS, SEBELUM IQBAL MENINGGAL IA PERNAH BILANG DIA INGIN SEKALI TINGGAL DIRUMAHKU BERSAMA AKU DAN NENEK,TAPI ITU SEMUA HANYA KENANGAN. IQBAL PENGEN KASIH KADO INI SAMA KAAKAK. BONEKA INI DIBELI IQBAL DENGAN UANG HASIL NGAMEN NYA SAMA AKU. TAPI SEPULANG IQBAL BELI KADO, DIA KECELAKAAN DAN MENINGGAL. KAK NADIA IQBAL SAYANG SAMA KAKAK. KATA IQBAL KAK NADIA SANGAT BAIK,AKU JADI INGIN UNYA KAKAK SEPERTI KAK NADIA,,KAK NADIA JANGAN SEDIH YA,AKU DAN IQBAL SAYANG KAK NADIA ” Air mata ku tak bias lagi kubendung tak sanggup aku membaca surat ini lagi. Ternyata adam seorang anak kecil yang sering aku lihat diseberang jalan sana hanyalah bayangan saja. Sebulan iqbal meninggal adam sakit keras. Penyakit paru-paru yang menyerang tubuhnya perlahan menghabiskan sisa hidup anak kecil itu. Karna tak ada biaya berobat adam terpaksa pasrah dalam sakitnya,hingga ia meninggal. Adam menyusul kepergian iqbal. Kini aku tak tau lagi harus berkata apa. Tak sempat aku mengenal adam kini ia pergi juga. Rasanya ini kehilanganku untuk yang kedua kalinya.meski adam buakn adik kandungku rasanya ia sudah seperti bagian dari keluargaku. “Adam,iqbal, kak nadia saying sama kalian makasih ya atas kadonya. Kalian baik-baik ya disana..” Kini usai sudah cerita adam dan iqbal. Aku bangga punya adik seperti mereka. Semoga mereka selalu disisi TUHAN……amien…. TAMAT
_nada_
0 komentar:
Posting Komentar