BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pusat
dari setiap studi komunikasi adalah media. Kita hidup dalam
apa yang disebut Mc Luhan sebagai “Global Village”. Media komunikasi modern
memungkinkan jutaan orang melintasi dunia untuk berhubungan dengan hampir
disetiap titik di bumi. Dengan media, manusia dapat berinteraksi
dengan mudah dan cepat.
Seiring berkembangnya jaman tentu membuat pola
komunikasi manusia semakin maju. Media yang digunakan dalam berinteraksi pun
semakin beragam dan hampir tidak mengenal ruang dan waktu. Model interaksi
inersia dimana seseorang melakukan interaksi tanpa berpindah tempat namun tetap
dapat berkoneksi secara luas.
Berbagai jenis media yang berkembang ditengah-tengah
masyarakat dapat memberikan manfaat serta dampak yang luar biasa. Efek media
sendiri memang tidak bisa dihindari seiring kebutuhan kita akan informasi. Efek
media membuat audiens menjadi pasif maupun aktif dalam menerima pesan media
tersebut.
Dari hal itu, maka dalam makalah ini, kami mencoba
untuk membahas tentang efek media yang membuat audiens pasif terhadap apa yang
diterimanya, dengan beberapa teori komunikasi yang berhubungan.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa arti kata
dari media, efek, audiens, dan pasif?
2.
Apa pengertian
efek media massa pada audiens pasif?
3.
Teori Efek
Media (Audiens Pasif) ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Media, Efek, Audiens Pasif
1) Media
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) media merupakan
alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster,
dan spanduk. Menurut Syaiful Bahri
Djamarah media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan
sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan. Sedangkan menurut Schram media adalah teknologi pembawa
pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
Pengertian media dari
beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bawa media adalah alat yang
digunakan dalam berkomunikasi untuk menyampaikan suatu pesan.
2) Efek
Pengertian
kata efek menurut KBBI adalah kesan yang timbul
pada pikiran penonton, pendengar, pembaca, dsb (sesudah mendengar atau melihat
sesuatu). Sedangkan efek media adalah
perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa.
Menurut Donald F. Robert (Schramm dan Roberts: 1907) karena fokusnya
pada pesan, maka efek haruslah berkaitan dengan pesan yang disampaikan media
massa tersebut. Efek media juga diartikan sebagai dampak dari kehadiran sosial
yang dimiliki media, yang menyebabkan perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah
laku manusia, akibat terpaan media. Semakin berkembangnya teknologi media massa
dalam menyampaikan informasi dan hiburan, maka manusia tak akan pernah bisa
lepas dari pengaruh media massa tersebut. Setiap hari, otak manusia selalu
dipenuhi oleh informasi yang disampaikan.
3) Audiens
Pasif
McQuail (1987) menyebutkan audiens sebagai kumpulan penonton, pembaca,
pendengar, pemirsa. Konsep audiens diartikan sebagai penerima pesan-pesan dalam
komunikasi massa, yang keberadaannya tersebar, heterogen, dan berjumlah banyak.
Sedangkan audiens pasif
maksudnya adalah pengertian yang menganggap bahwa masyarakat lebih banyak
dipengaruhi oleh media. Mereka secara pasif menerima apa yang disampaikan
media. Mereka menerima secara langsung apa-apa yang disampaikan oleh media.
B. Pengertian Efek
Media Massa
Menurut Denis McQuail (2002: 425-426), bahwa efek media massa
memiliki typologi yang mana terdiri dari empat bagian yang besar. Pertama,
efek media merupakan efek yang direncanakan, sebagai sebuah efek yang
diharapkan terjadi baik oleh media massa sendiri ataupun orang yang menggunakan
media massa untuk kepentingan berbagai penyebaran informasi.
Kedua, efek media
massa yang tidak direncanakan atau tidak dapat diperkirakan, sebagai efek yang
benar – benar diluar kontrol media, diluar kemampuan media ataupun orang lain
yang menggunakan media untuk penyebaran informasi melalui media untuk
mengontrol terjadinya efek media massa. Jadi pada efek kedua ini, efek media
terjadi dalam kondisi tidak dapat diperkirakan dan efek media terjadi dalam
kondisi tidak dapat dikontrol.
Ketiga, efek media
massa terjadi dalam waktu pendek namun secara cepat, instan, dan keras
memengaruhi seseorang masyarakat. Keempat, efek media massa berlangsung
dalam waktu yang lama, sehingga memengaruhi sikap – sikap adopsi inovasi,
kontrol sosial sampai dengan perubahan kelembagaan, dan persoalan – persoalan
perubahan budaya.
a)
Efek Media Yang
Terencana
Efek media massa yang dapat
direncanakan bisa terjadi dalam waktu yang pendek atau waktu yang cepat, tetapi
juga bisa terjadi dalam waktu yang lama. Efek media yang direncanakan dan
terjadi dalam waktu yang cepat yaitu seperti propaganda, respons individu,
kampanye media, news learning, pembingkaian berita, dan agenda-setting.
Sebuah pemberitaaan media massa melalui propaganda umpamanya, maka media massa
dapat melakukannya dalam waktu singkat, yaitu beberapa menit di media massa,
kemudian efek media massanya dapat pula diperkirakan sampai berapa jauh menerpa
masyarakat, termasuk luasan efek yang terjadi. Begitu pula kampanye media
seperti iklan, dapat pula dilakukan dalam waktu singkat, dan efek iklan dapat
diperkirakan sejauh mana memengaruhi masyarakat. Pembingkaian berita (framming),
dengan maksud – maksud tertentu oleh sebuah media massa, dapat dilakukan dalam
waktu pendek dan efeknya dapat membentuk opini – opini yang bisa diperkirakan
oleh orang media, termasuk pula agenda-setting berakibat terhadap
terpolanya agenda masyarakat sesuai dengan pilihan agenda media.
Namun efek
media yang terencana ini juga dapat dilakukan dalam waktu yang lama, dengan
efek media yang lama pula terjadi di masyarakat. Dengan pemberitaan yang
direncanakan oleh media, maka media
dapat merencanakan terjadinya sebuah difusi dalam berbagai objek pembangunan
dalam masyarakat. Namun pula, karena waktu yang lama, maka pemberitaan terhadap
sebuah objek terdifusi menjadi berbagai pemberitaan di sekitar itu, bahkan akan
terjadi media dapat menyebarkan gagasan – gagasan difusi inovasi terhadap hal –
hal yang baru di masyarakat. Sebuah difusi inovasi yang baik di masyarakat akan
mudah mendapat penerimaan masyarakat, karena itu dalam waktu yang lama, media
dapat menyebarkan difusi inovasi kepada seluruh lapisan masyarakat.
b)
Efek media yang
tak terencana
Efek media yang tak terencana dapat
berlangsung dalam dua tipologi, yaitu dalam waktu cepat dan terjadi dalam waktu
yang lama. Yang terjadi dalam waktu cepat merupakan tindakan reaksional
terhadap pemberitaan yang tiba – tiba mengagetkan masyarakat. Pemberitaan macam
ini tanpa disadari media akan menimbulkan reaksi individu yang merasa
dirugikan, akan reaksi kelompok yang merasa dicemarkan, bahkan bisa memicu
tindakan – tindakan kekerasan. Reaksi terhadap pemberitaan Majalah Tempo oleh
seorang pengusaha di Jakarta sehingga sampai ke pengadilan, kemudian aksi
pendudukan Banser di kantor Redaksi Jawa Pos di Surabaya, merupakan contoh dari
efek media massa yang tak terduga dan tak dapat dikendalikan oleh media
sendiri.
Begitu pula pemberitaan media massa
tentang kekerasan dan kriminal, dalam waktu pendek tak bermasalah. Orang yang
mengikuti pemberitaan itu tak langsung melakukan tindakan – tindakan yang melanggar
hukum. Namun, dalam waktu yang lama tanpa disadarinya, pemberitaan macam itu
akan menciptakan “jalan keluar” yang tak dikehendaki oleh dirinya sendiri.
Apabila ia mengalami masalah yang sama dengan apa yang dilihatnya di televisi.
Jadi efek media massa ini telah menciptakan “peta analog” mengenai jalan keluar
dari masalah yang akan dihadapi di waktu mendatang.
Jadi, dalam waktu yang sama efek –
efek media massa ini sulit dikendalikan oleh media itu sendiri, atau bahkan tak
terkendali sama sekali. Namun efek itu telah merusak kontrol sosial, sistem –
sistem sosial, sistem budaya, pandangan hidup dan konsep realitas orang sampai
dengan gagasan – gagasan menciptakan budaya – budaya baru yang merusak
peradaban manusia.
Efek media massa yang tidak diharapkan
(cenderung merusak) memiliki andil dalam hal pembentukan sikap, perilaku, dan
keadaan masyarakat
1.
Penyebaran
budaya global yang menyebabkan masyarakat berubah dari tradisional ke modern,
dari modern ke post-modern, dan dari taat beragama ke sekuler.
2.
Media massa
kapitalis telah memicu hilangnya berbagai bentuk kesenian dan budaya
tradisional di masyarakat yang mestinya dipelihara.
3.
Terjadinya
perilaku imitasi yang kadang menjurus ke hal – hal buruk dari apa yang dilihat
dan didengar dari media massa.
4.
Efek media
massa sering secara brutal menyerang seseorang dan merusak nama baik orang
tersebut serta menjurus ke pembunuhan karakter seseorang.
5.
Penyebaran
pemberitaan pornomedia menyebabkan lunturnya lembaga perkawinan dan norma seks
keluarga di masyarakat bahkan memicu terbentuknya perilaku penyimpangan seksual
di masyarakat.
6.
Cenderung
menjadi alat provokasi sebuah kekuasaan sehingga efek media massa menindas
rakyat bahkan, dalam skala luas, media massa menjadi alat kolonialisme modern,
dengan memihak kepada suatu negara adidaya, dan menjadi genderang perang untuk
memerangi negara – negara kecil dan miskin.
C. Teori Efek
Media (Audiens Pasif)
Dalam beberapa teori komunikasi
dijelaskan mengenai efek media yang membuat audiens pasif, diantaranya adalah:
1. TEORI PELURU ( Bullet Theory )
Teori ini ditampilkan pada tahun 1950 an
setelah peristiwa penyiaran kaleidoskop stasiun radio CBS di Amerika berjudul
“The Invasion From Mars”. Wilbur Schramm pada tahun 1950 an itu mengatakan
bahwa seorang komunikator dapat menembakkan peluru komunikasi yang begitu ajaib
kepada khalayak yang pasif tidak berdaya.
Menurut teori ini, media menyajikan stimuli perkasa
yang secara seragam diperhatikan oleh massa. Stimuli ini membangkitkan desakan,
emosi atau proses lain yang hampir tidak terkontrol oleh individu. Setiap
anggota massa memberikan respon yang sama pada stimuli yang datang dari media
massa. Karena teori ini mengasumsikan massa yang tidak berdaya ditembaki oleh
stimuli media massa, teori ini disebut juga “teori peluru” (bullet theory) atau
model jarum hipodermis, yang menganalogikan pesan komunikasi seperti menyebut
obat yang disuntikan dengan jarum ke bawah kulit pasien.
Akan tetapi dalam karya tulisnya yang
diterbitkan pada awal tahun 1970-an, Schramm meminta kepada para peminatnya
agar teori peluru komunikasi itu dianggap tidak ada, sebab khalayak yang
menjadi sasaran media massa itu ternyata tidak pasif. Pernyataan Schramm
tentang pencabutan teorinya itu didukung oleh Paul Lazarsfeld dan Raymond
Bauer. Lazarsfeld mengatakan bahwa jika khalayak diterpa peluru komunikasi,
mereka tidak jatuh terjerembab.
Kadang-kadang peluru itu tidak menembus.
Adakalanya pula efek yang timbul berlainan dengan tujuan si penembak, yaitu
media massa. Seringkali pula khalayak yang dijadikan sasaran senang untuk
ditembak.
Sementara itu, Raymond Bauer menyatakan
bahwa khalayak sasaran tidak pasif. Mereka bandel (stubborn). Secara aktif
mereka mencari yang diinginkan dari media massa. Jika menemukannya, lalu mereka
langsung me-lakukan penafsiran sesuai dengan kecenderungan dan kebutuhannya.
Sejak tahun 1960-an banyak penelitian
yang dilakukan para pakar komunikasi yang ternyata tidak mendukung teori peluru
tadi. Kini timbul apa yang dinamakan limitted effect model atau model efek
terbatas, antara lain penelitian Hovland yang dilakukan terhadap tentara dengan
menayangkan film. Hovland mengatakan bahwa pesan komunikasi efektif dalam
menyebarkan informasi, tetapi tidak dalam mengubah perilaku.
Selanjutnya penelitian Cooper dan Jahoda
pun menunjukkan bahwa persepsi (sudut pandang) yang selektif dapat mengurangi
efektivitas sebuah pesan serta penelitian Lazarsfeld dan kawan-kawan terhadap
kegiatan pemilihan umum menampakkan bahwa hanya sedikit saja orang-orang
yang dijadikan sasaran kampanye pemilihan umum yang terpengaruh oleh komunikasi
massa.
Dari berbagai pemaparan di atas, kita
sekarang tahu bahwa teori komuni-kasi ini terlalu disederhanakan. Sebuah pesan
komunikasi massa tidak memiliki efek yang sama pada masing-masing orang.
Dampaknya pada seseorang tergantung pada beberapa hal, termasuk karakteristik
kepribadian seseorang dan beragam aspek situasi dan konteks. Namun demikian,
”teori peluru” merupakan sebuah teori komunikasi massa yang dapat dimengerti.
Ø Manfaat dan fungsi
Teori Teori Peluru ( BulleTheory ) :
Berdasarkan teori ini, media massa
seperti peluru yang di tembakkan ke tengah masyarakat. Media massa di pandang
sebagai jarum suntik untuk mengalirkan obat ke dalam tubuh manusia. Media
berperan secara otomatis untuk memasukan pesan – pesan ke pribadi – pribadi dan
masyarakat umum.
Ø Kelebihan dan
kekurangan teori peluru ( bullet theory )
Kelebihan teori peluru adalah:
1.
Media memiliki peranan yang
kuat dan dapat mempengaruhi aveksi, kognisi dan behaviour dari audiencenya.
2.
Audience dapat lebih mudah
di pengaruhi.
3.
Pesanya lebih mudah
dipahami.
4.
Sedikit kontrol karena
masyarakat masih dalam kondisi homogen.
Kekurangan teori peluru
:
1.
keberadaan masyarakat yang tak
lagi homogen dapat mengikis teori ini tingkat pendidikan masyarakat yang
semakin meningkat
2.
Meningkatnya jumlah media
massa sehingga masyarakat bisa menentukan pilihan yang menarik bagi dirinya
sendiri.
3.
Adanya peran kelompok yang
juga menjadi dasar audience untuk menerima atau menolak pesan dari media
tersebut.
2.
Teori Kultivasi
Teori
ini mendeksripsikan bahwa media menghasilkan sebuah dampak dimana ada sebagian
masyarakat yang menganggap dunia nyata (kehidupannya sehari-hari) berjalan
sesuai dengan dunia yang digambarkan oleh media. Ataupun sebaliknya, menganggap
bahwa dunia dalam media itu adalah "realita".
Contoh,
anak-anak yang secara konsisten menyaksikan liputan mengenai penculikan anak,
akan menganggap bahwa dimana pun Ia berada penculikan tersebut bisa terjadi,
sehingga memiliki rasa ketakutan yang berlebihan, dibandingkan anak-anak yang
tidak menonton liputan tersebut. Menonton film superman anak-anak lompat dari jendela.
3.
Teori Priming
Priming
adalah proses di mana media massa berfokus pada sebagian isu dan tidak pada isu
lainnya dan dengan demikian mengubah juga standar evaluasi yang digunakan
khalayak untuk menilai realitas sosial yang dihadapinya (Severin, 2005: 271).
Selain itu teori ini juga menjelaskan bahwa media mendorong terbentuknya
pikiran yang terhubung dengan apa yang ditampilkan di media itu sendiri.
Contoh,
adanya kecenderungan untuk meniru adengan-adegan kekerasan yang ditampilkan
dimedia pada orang lain di dunia nyata.
4.
Teori Katharsis
Teori
ini menjelaskan juga bahwa konten dewasa dan juga kekerasan yang ditampilkan
oleh media memberikan efek positif karena memberikan kesempatan bagi individu
untuk meninggalkan sifat anti sosial mereka di dalam sebuah dunia fantasi.
Contohnya,
Warga Indonesia yang jenuh melihat kondisi kehidupan Indonesia dengan segala
warna kecurangan, korupsi serta tindak ketidak adilan yang dilakukan oleh
pemrintah dan polisi, merasa senang dan emosi serta agresinya tersebut
tersalurkan ketika menonton film India, yang menceritakan tentang kepahlawanan
seorang inspektur polisi membasmi koruptor dan polisi jahat. Musik, film,
gambar, peristiwa merupakan contoh dari efek katarsis tersebut
5.
Teori Pembelajaran Sosial
Teori
pembelajaran sosial adalah teori yang memprediksi perilaku dengan melihat cara
lain yang dilakukan individu dalam memproses informasi. Teori ini menjelaskan
bahwa contoh dari personal tertentu atau media massa dapat menjadi penting
dalam usaha memperoleh perilaku yang baru. Individu melakukan proses imitasi
atas apa yang mereka lihat dari media. Teori ini sendiri menekankan pengaruh
Televisi secara khusus dalam proses imitasi tersebut.
Contoh,
ketika suatu acara ditelevisi menampilkan seorang preman yang akhirnya
ditangkap polisi, karena melakukan tindakan kriminal, masyarakat yang
menontonnya akan berusaha untuk tidak meniru apa yang telah dilakukan oleh
preman tersebut.
6.
Teori Penetapan Agenda
Merupakan
sebuah proses dimana figur publik dan peristiwa penting apa yang membantu
menentukan konten yang akan disampaikan oleh media. Teori ini juga menjelaskan
efek proses tersebut bagi masyarakat penyimak media, dimana dijelaskan bahwa
semakin besar ketertarikan masyarakat akan suatu isu, maka semakin besar pula
coverage yang dilakukan oleh media atas isu tersebut.
Bernard
Cohen (1963) berpendapat bahwa: “Pers lebih daripada sekadar pemberi
informasi dan opini. Pers mungkin saja kurang berhasil mendorong orang untuk
memikirkan sesuatu, tetapi pers sangat berhasil mendorong pembacanya untuk
menentukan apa yang perlu dipikirkan”
7.
Teori Arus Bertahap
Teori
ini beranggapan bahwa efek media terjadi secara tidak langsung dan termediasi
melalui opinion leaders. Opinion Leaders ini memiliki pengertian
Individu yang gagasannya dan perilaku menjadi model bagi orang lain yang
kemudian mengkomunikasikan pesan dan mempengaruhi sikap dan perubahan perilaku
para pengikut mereka.
Contoh,
Opinion Leaders yang datang dari dunia politik, akan mempengaruhi pilihan
politik.
8.
Teori Proses Selektif
Teori
ini menjelaskan bahwa masyarakat melakukan suatu proses seleksi sehingga
masyarakatlah yang secara selektif menentukan, efek apa yang mereka ingin
dapatkan dari informasi yang diberikan oleh media. Masyarakat, pada umumnya
akan menghindari informasi yang datang dari media, yang secara fundamental
kontradiktif dengan nilai-nilai atau ideologi yang selama ini mereka miliki,
dan yakin akan kebenarannnya. Memilih Chanel Tv pada masa Pilpres.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Media
adalah alat yang digunakan dalam berkomunikasi untuk menyampaikan suatu pesan.
Media dapat memberikan efek kepada audiens nya. Efek media diartikan sebagai dampak dari kehadiran sosial
yang dimiliki media, yang menyebabkan perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah
laku manusia, akibat terpaan media.
Dalam pengaruhnya, media dapat menjadikan audiens
pasif yaitu
pengertian yang menganggap bahwa masyarakat lebih banyak dipengaruhi oleh
media. Mereka secara pasif menerima apa yang disampaikan media. Mereka menerima
secara langsung apa-apa yang disampaikan oleh media.
Pada teori komunikasi massa dalam media dikenal Bullet Theory atau
biasa yang disebut dengan teori peluru. Teori ini menjelaskan tentang media
massa yang sangat mempunyai kekuatan penuh dalam menyampaikan informasi. Apapun
pesan yang disiarkan oleh media bisa dengan sendirinya dapat mempengaruhi
khalayak. Teori ini menyatakan bahwa efek-efek merupakan reaksi spesifik
terhadap khalayak. Jika seseorang menerapkan dan memprediksikan hubungan yang
dekat antara pesan media dan reaksi khalayak, maka media tersebut dapat
menembakkan teori ini tepat pada sasarannya.
DAFTAR PUSTAKA
Bungin,
burham. 2006. Sosiologi komunikasi: teori, paradigma, dan diskursus
teknologi komunikasi di masyarakat. Jakarta: Kencana
Denis, Mcquaild. 1996. Teori
Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga
Effendy,
Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan
Filisafat Komunikasi. Cet. Ke-3. Bandung: Citra Aditya Bakti.
J.Baran,
Stanley. 2010. Teori Dasar, Komunikasi
Pergolakan, dan Masa Depan Massa. Jakarta: Salemba Humanika.
Morissan. 2013. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa.
Jakarta: Kencana
0 komentar:
Posting Komentar