Rabu, 01 Juli 2015

MAKALAH Efek Media I (Audience Passive)

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Pusat dari setiap studi komunikasi adalah media. Kita hidup dalam apa yang disebut Mc Luhan sebagai “Global Village”. Media komunikasi modern memungkinkan jutaan orang melintasi dunia untuk berhubungan dengan hampir disetiap titik di bumi. Dengan media, manusia dapat berinteraksi dengan mudah dan cepat.
Seiring berkembangnya jaman tentu membuat pola komunikasi manusia semakin maju. Media yang digunakan dalam berinteraksi pun semakin beragam dan hampir tidak mengenal ruang dan waktu. Model interaksi inersia dimana seseorang melakukan interaksi tanpa berpindah tempat namun tetap dapat berkoneksi secara luas.
Berbagai jenis media yang berkembang ditengah-tengah masyarakat dapat memberikan manfaat serta dampak yang luar biasa. Efek media sendiri memang tidak bisa dihindari seiring kebutuhan kita akan informasi. Efek media membuat audiens menjadi pasif maupun aktif dalam menerima pesan media tersebut.
Dari hal itu, maka dalam makalah ini, kami mencoba untuk membahas tentang efek media yang membuat audiens pasif terhadap apa yang diterimanya, dengan beberapa teori komunikasi yang berhubungan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa arti kata dari media, efek, audiens, dan pasif?
2.      Apa pengertian efek media massa pada audiens pasif?
3.      Teori Efek Media (Audiens Pasif) ?


BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Media, Efek, Audiens Pasif
1)   Media
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) media merupakan alat (sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk. Menurut Syaiful Bahri Djamarah media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan. Sedangkan menurut Schram media adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.
Pengertian media dari beberapa pendapat ahli diatas dapat disimpulkan bawa media adalah alat yang digunakan dalam berkomunikasi untuk menyampaikan suatu pesan.
2)   Efek
Pengertian kata efek menurut KBBI adalah kesan yang timbul pada pikiran penonton, pendengar, pembaca, dsb (sesudah mendengar atau melihat sesuatu). Sedangkan efek media adalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa.
Menurut Donald F. Robert (Schramm dan Roberts: 1907) karena fokusnya pada pesan, maka efek haruslah berkaitan dengan pesan yang disampaikan media massa tersebut. Efek media juga diartikan sebagai dampak dari kehadiran sosial yang dimiliki media, yang menyebabkan perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku manusia, akibat terpaan media. Semakin berkembangnya teknologi media massa dalam menyampaikan informasi dan hiburan, maka manusia tak akan pernah bisa lepas dari pengaruh media massa tersebut. Setiap hari, otak manusia selalu dipenuhi oleh informasi yang disampaikan.
3)   Audiens Pasif
McQuail (1987) menyebutkan audiens sebagai kumpulan penonton, pembaca, pendengar, pemirsa. Konsep audiens diartikan sebagai penerima pesan-pesan dalam komunikasi massa, yang keberadaannya tersebar, heterogen, dan berjumlah banyak.
Sedangkan audiens pasif maksudnya adalah pengertian yang menganggap bahwa masyarakat lebih banyak dipengaruhi oleh media. Mereka secara pasif menerima apa yang disampaikan media. Mereka menerima secara langsung apa-apa yang disampaikan oleh media.

B.  Pengertian Efek Media Massa
Menurut Denis McQuail (2002: 425-426), bahwa efek media massa memiliki typologi yang mana terdiri dari empat bagian yang besar. Pertama, efek media merupakan efek yang direncanakan, sebagai sebuah efek yang diharapkan terjadi baik oleh media massa sendiri ataupun orang yang menggunakan media massa untuk kepentingan berbagai penyebaran informasi.
Kedua, efek media massa yang tidak direncanakan atau tidak dapat diperkirakan, sebagai efek yang benar – benar diluar kontrol media, diluar kemampuan media ataupun orang lain yang menggunakan media untuk penyebaran informasi melalui media untuk mengontrol terjadinya efek media massa. Jadi pada efek kedua ini, efek media terjadi dalam kondisi tidak dapat diperkirakan dan efek media terjadi dalam kondisi tidak dapat dikontrol.
Ketiga, efek media massa terjadi dalam waktu pendek namun secara cepat, instan, dan keras memengaruhi seseorang masyarakat. Keempat, efek media massa berlangsung dalam waktu yang lama, sehingga memengaruhi sikap – sikap adopsi inovasi, kontrol sosial sampai dengan perubahan kelembagaan, dan persoalan – persoalan perubahan budaya.
a)      Efek Media Yang Terencana
Efek media massa yang dapat direncanakan bisa terjadi dalam waktu yang pendek atau waktu yang cepat, tetapi juga bisa terjadi dalam waktu yang lama. Efek media yang direncanakan dan terjadi dalam waktu yang cepat yaitu seperti propaganda, respons individu, kampanye media, news learning, pembingkaian berita, dan agenda-setting. Sebuah pemberitaaan media massa melalui propaganda umpamanya, maka media massa dapat melakukannya dalam waktu singkat, yaitu beberapa menit di media massa, kemudian efek media massanya dapat pula diperkirakan sampai berapa jauh menerpa masyarakat, termasuk luasan efek yang terjadi. Begitu pula kampanye media seperti iklan, dapat pula dilakukan dalam waktu singkat, dan efek iklan dapat diperkirakan sejauh mana memengaruhi masyarakat. Pembingkaian berita (framming), dengan maksud – maksud tertentu oleh sebuah media massa, dapat dilakukan dalam waktu pendek dan efeknya dapat membentuk opini – opini yang bisa diperkirakan oleh orang media, termasuk pula agenda-setting berakibat terhadap terpolanya agenda masyarakat sesuai dengan pilihan agenda media.
Namun efek media yang terencana ini juga dapat dilakukan dalam waktu yang lama, dengan efek media yang lama pula terjadi di masyarakat. Dengan pemberitaan yang direncanakan oleh  media, maka media dapat merencanakan terjadinya sebuah difusi dalam berbagai objek pembangunan dalam masyarakat. Namun pula, karena waktu yang lama, maka pemberitaan terhadap sebuah objek terdifusi menjadi berbagai pemberitaan di sekitar itu, bahkan akan terjadi media dapat menyebarkan gagasan – gagasan difusi inovasi terhadap hal – hal yang baru di masyarakat. Sebuah difusi inovasi yang baik di masyarakat akan mudah mendapat penerimaan masyarakat, karena itu dalam waktu yang lama, media dapat menyebarkan difusi inovasi kepada seluruh lapisan masyarakat.
b)      Efek media yang tak terencana
Efek media yang tak terencana dapat berlangsung dalam dua tipologi, yaitu dalam waktu cepat dan terjadi dalam waktu yang lama. Yang terjadi dalam waktu cepat merupakan tindakan reaksional terhadap pemberitaan yang tiba – tiba mengagetkan masyarakat. Pemberitaan macam ini tanpa disadari media akan menimbulkan reaksi individu yang merasa dirugikan, akan reaksi kelompok yang merasa dicemarkan, bahkan bisa memicu tindakan – tindakan kekerasan. Reaksi terhadap pemberitaan Majalah Tempo oleh seorang pengusaha di Jakarta sehingga sampai ke pengadilan, kemudian aksi pendudukan Banser di kantor Redaksi Jawa Pos di Surabaya, merupakan contoh dari efek media massa yang tak terduga dan tak dapat dikendalikan oleh media sendiri.
Begitu pula pemberitaan media massa tentang kekerasan dan kriminal, dalam waktu pendek tak bermasalah. Orang yang mengikuti pemberitaan itu tak langsung melakukan tindakan – tindakan yang melanggar hukum. Namun, dalam waktu yang lama tanpa disadarinya, pemberitaan macam itu akan menciptakan “jalan keluar” yang tak dikehendaki oleh dirinya sendiri. Apabila ia mengalami masalah yang sama dengan apa yang dilihatnya di televisi. Jadi efek media massa ini telah menciptakan “peta analog” mengenai jalan keluar dari masalah yang akan dihadapi di waktu mendatang.
Jadi, dalam waktu yang sama efek – efek media massa ini sulit dikendalikan oleh media itu sendiri, atau bahkan tak terkendali sama sekali. Namun efek itu telah merusak kontrol sosial, sistem – sistem sosial, sistem budaya, pandangan hidup dan konsep realitas orang sampai dengan gagasan – gagasan menciptakan budaya – budaya baru yang merusak peradaban manusia.
Efek media massa yang tidak diharapkan (cenderung merusak) memiliki andil dalam hal pembentukan sikap, perilaku, dan keadaan masyarakat
1.      Penyebaran budaya global yang menyebabkan masyarakat berubah dari tradisional ke modern, dari modern ke post-modern, dan dari taat beragama ke sekuler.
2.      Media massa kapitalis telah memicu hilangnya berbagai bentuk kesenian dan budaya tradisional di masyarakat yang mestinya dipelihara.
3.      Terjadinya perilaku imitasi yang kadang menjurus ke hal – hal buruk dari apa yang dilihat dan didengar dari media massa.
4.      Efek media massa sering secara brutal menyerang seseorang dan merusak nama baik orang tersebut serta menjurus ke pembunuhan karakter seseorang.
5.      Penyebaran pemberitaan pornomedia menyebabkan lunturnya lembaga perkawinan dan norma seks keluarga di masyarakat bahkan memicu terbentuknya perilaku penyimpangan seksual di masyarakat.
6.      Cenderung menjadi alat provokasi sebuah kekuasaan sehingga efek media massa menindas rakyat bahkan, dalam skala luas, media massa menjadi alat kolonialisme modern, dengan memihak kepada suatu negara adidaya, dan menjadi genderang perang untuk memerangi negara – negara kecil dan miskin.

C.  Teori Efek Media (Audiens Pasif)
Dalam beberapa teori komunikasi dijelaskan mengenai efek media yang membuat audiens pasif, diantaranya adalah:
1.       TEORI PELURU ( Bullet Theory )
Teori ini ditampilkan pada tahun 1950 an setelah peristiwa penyiaran kaleidoskop stasiun radio CBS di Amerika berjudul “The Invasion From Mars”. Wilbur Schramm pada tahun 1950 an itu mengatakan bahwa seorang komunikator dapat menembakkan peluru komunikasi yang begitu ajaib kepada khalayak yang pasif tidak berdaya.
Menurut teori ini, media menyajikan stimuli perkasa yang secara seragam diperhatikan oleh massa. Stimuli ini membangkitkan desakan, emosi atau proses lain yang hampir tidak terkontrol oleh individu. Setiap anggota massa memberikan respon yang sama pada stimuli yang datang dari media massa. Karena teori ini mengasumsikan massa yang tidak berdaya ditembaki oleh stimuli media massa, teori ini disebut juga “teori peluru” (bullet theory) atau model jarum hipodermis, yang menganalogikan pesan komunikasi seperti menyebut obat yang disuntikan dengan jarum ke bawah kulit pasien.
Akan tetapi dalam karya tulisnya yang diterbitkan pada awal tahun 1970-an, Schramm meminta kepada para peminatnya agar teori peluru komunikasi itu dianggap tidak ada, sebab khalayak yang menjadi sasaran media massa itu ternyata tidak pasif. Pernyataan Schramm tentang pencabutan teorinya itu didukung oleh Paul Lazarsfeld dan Raymond Bauer. Lazarsfeld mengatakan bahwa jika khalayak diterpa peluru komunikasi, mereka tidak jatuh terjerembab.
Kadang-kadang peluru itu tidak menembus. Adakalanya pula efek yang timbul berlainan dengan tujuan si penembak, yaitu media massa. Seringkali pula khalayak yang dijadikan sasaran senang untuk ditembak.
Sementara itu, Raymond Bauer menyatakan bahwa khalayak sasaran tidak pasif. Mereka bandel (stubborn). Secara aktif mereka mencari yang diinginkan dari media massa. Jika menemukannya, lalu mereka langsung me-lakukan penafsiran sesuai dengan kecenderungan dan kebutuhannya.
Sejak tahun 1960-an banyak penelitian yang dilakukan para pakar komunikasi yang ternyata tidak mendukung teori peluru tadi. Kini timbul apa yang dinamakan limitted effect model atau model efek terbatas, antara lain penelitian Hovland yang dilakukan terhadap tentara dengan menayangkan film. Hovland mengatakan bahwa pesan komunikasi efektif dalam menyebarkan informasi, tetapi tidak dalam mengubah perilaku.
Selanjutnya penelitian Cooper dan Jahoda pun menunjukkan bahwa persepsi (sudut pandang) yang selektif dapat mengurangi efektivitas sebuah pesan serta penelitian Lazarsfeld dan kawan-kawan terhadap kegiatan pemilihan umum menampakkan bahwa hanya sedikit  saja orang-orang yang dijadikan sasaran kampanye pemilihan umum yang terpengaruh oleh komunikasi massa.
Dari berbagai pemaparan di atas, kita sekarang tahu bahwa teori komuni-kasi ini terlalu disederhanakan. Sebuah pesan komunikasi massa tidak memiliki efek yang sama pada masing-masing orang. Dampaknya pada seseorang tergantung pada beberapa hal, termasuk karakteristik kepribadian seseorang dan beragam aspek situasi dan konteks. Namun demikian, ”teori peluru” merupakan sebuah teori komunikasi massa yang dapat dimengerti.
Ø Manfaat dan fungsi Teori Teori Peluru ( BulleTheory ) :
Berdasarkan teori ini, media massa seperti peluru yang di tembakkan ke tengah masyarakat. Media massa di pandang sebagai jarum suntik untuk mengalirkan obat ke dalam tubuh manusia. Media berperan secara otomatis untuk memasukan pesan – pesan ke pribadi – pribadi dan masyarakat umum.
Ø Kelebihan dan kekurangan teori peluru ( bullet theory )
Kelebihan teori peluru adalah:
1.      Media memiliki peranan yang kuat dan dapat mempengaruhi aveksi, kognisi dan behaviour dari audiencenya.
2.      Audience dapat lebih mudah di pengaruhi.
3.      Pesanya lebih mudah dipahami.
4.      Sedikit kontrol karena masyarakat masih dalam kondisi homogen.
Kekurangan teori peluru :
1.      keberadaan masyarakat yang tak lagi homogen dapat mengikis teori ini tingkat pendidikan masyarakat yang semakin meningkat
2.      Meningkatnya jumlah media massa sehingga masyarakat bisa menentukan pilihan yang menarik bagi dirinya sendiri.
3.      Adanya peran kelompok yang juga menjadi dasar audience untuk menerima atau menolak pesan dari media tersebut.

2.      Teori Kultivasi
Teori ini mendeksripsikan bahwa media menghasilkan sebuah dampak dimana ada sebagian masyarakat yang menganggap dunia nyata (kehidupannya sehari-hari) berjalan sesuai dengan dunia yang digambarkan oleh media. Ataupun sebaliknya, menganggap bahwa dunia dalam media itu adalah "realita".
Contoh, anak-anak yang secara konsisten menyaksikan liputan mengenai penculikan anak, akan menganggap bahwa dimana pun Ia berada penculikan tersebut bisa terjadi, sehingga memiliki rasa ketakutan yang berlebihan, dibandingkan anak-anak yang tidak menonton liputan tersebut. Menonton film superman  anak-anak lompat dari jendela.

3.      Teori Priming
Priming adalah proses di mana media massa berfokus pada sebagian isu dan tidak pada isu lainnya dan dengan demikian mengubah juga standar evaluasi yang digunakan khalayak untuk menilai realitas sosial yang dihadapinya (Severin, 2005: 271). Selain itu teori ini juga menjelaskan bahwa media mendorong terbentuknya pikiran yang terhubung dengan apa yang ditampilkan di media itu sendiri.
Contoh, adanya kecenderungan untuk meniru adengan-adegan kekerasan yang ditampilkan dimedia pada orang lain di dunia nyata.

4.      Teori Katharsis
Teori ini menjelaskan juga bahwa konten dewasa dan juga kekerasan yang ditampilkan oleh media memberikan efek positif karena memberikan kesempatan bagi individu untuk meninggalkan sifat anti sosial mereka di dalam sebuah dunia fantasi.
Contohnya, Warga Indonesia yang jenuh melihat kondisi kehidupan Indonesia dengan segala warna kecurangan, korupsi serta tindak ketidak adilan yang dilakukan oleh pemrintah dan polisi, merasa senang dan emosi serta agresinya tersebut tersalurkan ketika menonton film India, yang menceritakan tentang kepahlawanan seorang inspektur polisi membasmi koruptor dan polisi jahat. Musik, film, gambar, peristiwa merupakan contoh dari efek katarsis tersebut

5.      Teori Pembelajaran Sosial
Teori pembelajaran sosial adalah teori yang memprediksi perilaku dengan melihat cara lain yang dilakukan individu dalam memproses informasi. Teori ini menjelaskan bahwa contoh dari personal tertentu atau media massa dapat menjadi penting dalam usaha memperoleh perilaku yang baru. Individu melakukan proses imitasi atas apa yang mereka lihat dari media. Teori ini sendiri menekankan pengaruh Televisi secara khusus dalam proses imitasi tersebut.
Contoh, ketika suatu acara ditelevisi menampilkan seorang preman yang akhirnya ditangkap polisi, karena melakukan tindakan kriminal, masyarakat yang menontonnya akan berusaha untuk tidak meniru apa yang telah dilakukan oleh preman tersebut.

6.      Teori Penetapan Agenda
Merupakan sebuah proses dimana figur publik dan peristiwa penting apa yang membantu menentukan konten yang akan disampaikan oleh media. Teori ini juga menjelaskan efek proses tersebut bagi masyarakat penyimak media, dimana dijelaskan bahwa semakin besar ketertarikan masyarakat akan suatu isu, maka semakin besar pula coverage yang dilakukan oleh media atas isu tersebut.
Bernard Cohen (1963) berpendapat bahwa: “Pers lebih daripada sekadar pemberi informasi dan opini. Pers mungkin saja kurang berhasil mendorong orang untuk memikirkan sesuatu, tetapi pers sangat berhasil mendorong pembacanya untuk menentukan apa yang perlu dipikirkan”

7.      Teori Arus Bertahap
Teori ini beranggapan bahwa efek media terjadi secara tidak langsung dan termediasi melalui opinion leaders. Opinion Leaders ini memiliki pengertian Individu yang gagasannya dan perilaku menjadi model bagi orang lain yang kemudian mengkomunikasikan pesan dan mempengaruhi sikap dan perubahan perilaku para pengikut mereka.
Contoh, Opinion Leaders yang datang dari dunia politik, akan mempengaruhi pilihan politik.

8.      Teori Proses Selektif
Teori ini menjelaskan bahwa masyarakat melakukan suatu proses seleksi sehingga masyarakatlah yang secara selektif menentukan, efek apa yang mereka ingin dapatkan dari informasi yang diberikan oleh media. Masyarakat, pada umumnya akan menghindari informasi yang datang dari media, yang secara fundamental kontradiktif dengan nilai-nilai atau ideologi yang selama ini mereka miliki, dan yakin akan kebenarannnya. Memilih Chanel Tv pada masa Pilpres.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Media adalah alat yang digunakan dalam berkomunikasi untuk menyampaikan suatu pesan. Media dapat memberikan efek kepada audiens nya. Efek media diartikan sebagai dampak dari kehadiran sosial yang dimiliki media, yang menyebabkan perubahan pengetahuan, sikap dan tingkah laku manusia, akibat terpaan media.
Dalam pengaruhnya, media dapat menjadikan audiens pasif yaitu pengertian yang menganggap bahwa masyarakat lebih banyak dipengaruhi oleh media. Mereka secara pasif menerima apa yang disampaikan media. Mereka menerima secara langsung apa-apa yang disampaikan oleh media.
Pada teori komunikasi massa dalam media dikenal Bullet Theory atau biasa yang disebut dengan teori peluru. Teori ini menjelaskan tentang media massa yang sangat mempunyai kekuatan penuh dalam menyampaikan informasi. Apapun pesan yang disiarkan oleh media bisa dengan sendirinya dapat mempengaruhi khalayak. Teori ini menyatakan bahwa efek-efek merupakan reaksi spesifik terhadap khalayak. Jika seseorang menerapkan dan memprediksikan hubungan yang dekat antara pesan media dan reaksi khalayak, maka media tersebut dapat menembakkan teori ini tepat pada sasarannya.






DAFTAR PUSTAKA

Bungin, burham. 2006. Sosiologi komunikasi: teori, paradigma, dan diskursus teknologi komunikasi di masyarakat. Jakarta: Kencana
Denis, Mcquaild. 1996. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga
Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori dan Filisafat Komunikasi. Cet. Ke-3. Bandung: Citra Aditya Bakti.
J.Baran, Stanley. 2010. Teori Dasar, Komunikasi Pergolakan, dan Masa Depan Massa. Jakarta: Salemba Humanika.
Morissan. 2013. Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana


0 komentar:

Posting Komentar