TEORI KOMUNIKASI
“PERCAKAPAN”
“PERCAKAPAN”
1. Mengelola
ketidakpastian dan kecemasan
Teori dalam tradisi sosiopsikologi menjelaskan
bahwa interaksi dengan orang lain seperti percakapan, dipengaruhi oleh sejumlah
faktor atau variabel. Terdapat dua tema yang menjadi faktor percakapan, yaitu :
·
Tema yang
memberikan perhatian.
·
Tema yang
membahas mengenai organisasi dan koordinasi tindakan dalam memadukan tindakan itu
ketika berinteraksi.
Topik pertama
yang dibahas dalam tradisi sosiopsikologi adalah bagaimana mengelola
ketidakpastian (managing uncertainty). Teori mengelola ketidakpastian
tersebut di bagi menjadi dua yaitu:
a.
Teori
mengurangi ketidakpastian (Uncertainty Reduction Theory)
Menurut
Berger, ketika kita berkomunikasi, kita akan membuat rencana untuk mencapai
tujuan kita. Pencapaian tujuan itu bisa berdasarkan informasi atau data yang
telah kita miliki.
Semakin
besar ketidakpastian maka kita semakin berhati-hati dan mengandalkan data yang
kita miliki. Tetapi jika ketidakpastian itu semakin besar maka kita akan
semakin cermat dalam merencanakan apa yang akan dilakukan.
·
Ketidakpastian
perkiraan (predictive uncertainty), yaitu agar anda memiliki ide lebih
baik mengenai apa yang anda harapkan dari perilaku seseorang.
·
Ketidakpastian
penjelasan (explanatory uncertainty), yaitu agar anda dapat memahami
lebih baik kemungkinan perilaku seseorang.
Menurut Berger
ada tiga strategi dalam mencari informasi mengenai orang lain :
·
Strategi aktif
·
Strategi pasif
Di bagi atas
dua pencarian yaitu reactivity searching dan disinhibition searching
·
Strategi
interaktif
b.
Teori mengelola
ketidakpastian-kecemasan (Anxiety Uncertainty Managemant)
William
Gudykusnt mengembangkan pemikiran Beger, ia menemukan bahwa setiap orang yang
menjadi anggota suatu kebudayaan tertentu akan berupaya mengurangi
ketidakpastian tahap awal hubungan mereka dengan cara yang berbeda-beda tergantung
latar belakang budayanya. Ada dua perbedaan budaya :
Pertama
budaya tingkat tinggi (high-context culture) melihat pada situasi keseluruhan
untuk menginteraksikan peristiwa.
Kedua
budaya tingkat rendah (low-context culture) melihat pada isi pesan verbal yang
terungkap dengan jelas (explicit).
2. Akomodasi dan
adaptasi
a.
Teori akomodasi (accomodation theory)
Teori
akomodasi disusun oleh Howard Giles. Teori ini menjelaskan tentang bagaimana
dan mengapa kita menyesuaikan perilaku komunikasi kita dengan perilaku
komunikasi orang lain. Giles menyebut perilaku meniru ini dengan sebutan
“konvergensi” atau menjadi satu (coming together), sedangkan lawannya
adalah “divergensi” atau menjauhi/terpisah (moving apart).
b.
Teori adaptasi interaksi
Menurut
Jude Burgoon, akomidasi pada dasarnya merupakan bagian dari proses adaptasi.
Burgoon menemukan bahwa komunikator memiliki semacam “sinkroni interaksi” (interactional
synchrony) yaitu suatu pola saling bergantian yang terkoordinasi. Pola
tersebut ada dua macam yaitu “pola resiprokal” (reciprocal pettern) dan “pola kompensasi”
(compensation pattern).
Posisi
interaksi (interaction position) yaitu tempat atau titik awal di mana akan
memulai komunikasi. Tiga factor yang menentukan kombinasi yaitu :
·
Requirement (kebutuhan)
·
Expectation (harapan)
·
Desires (keinginan)
c.
Teori pelanggaran harapan (expectation
violations theory)
Teori
ini menjelaskan bahwa setiap orang memiliki harapan mengenai perilaku seseorang
berdasarkan :
1.
Norma-norma
social
2.
Pengalaman sebelumnya
bersama orang tersebut
3.
Situasi di mana
perilaku itu terjadi
Kemudian
harapan terhadap perilaku seseorang tersebut mencakup perilaku nonverbalnya
seperti kontak mata (eye contact) atau jarak antara kita dan orang itu
dan sudut tubuh (body angle)
d.
Teori kebohongan interpersonal
Kebohongan
adalah manipulasi disengaja terhadap informasi, perilaku dan image dengan
maksud mengarahkan orang lain pada kesimpilan atau kepercayaan yang salah.
0 komentar:
Posting Komentar