Jumat, 18 September 2015

Naskah Drama “RANI !!! Bukan Anak Bakwan”

“RANI !!! Bukan Anak Bakwan”


Prolog
Hari yang begitu cerah di SD Nusa Bangsa. Saat itu adalah jam istirahat tepat pukul 09.00 WIB. Semua siswa asik bermain dan bercengkrama bersama.

Adegan 1
(beberapa anak masuk ke panggung, ada yang bermain lompat tali, bermain gambar,dsb)
(dari jauh seorang ibu-ibu separuh baya, dengan daster dan keranjang yang berisi dagangannya,mendekati kerumunan anak-anak yang sedang bermain, menjajakan dagangannya)

Ibu penjual    : “gorengan-gorengan. Gorengan nya dek, ada bakwan juga. Enak lho. Ayo dipilih. Bakwan-bakwan.”
(anak-anak mendekati ibu penjual tersebut dan memilih-milih gorengan yang hendak dipilihnya)
Anak 1                        :”bu. Saya beli bakwan nya dua ya. Berapa?”
Ibu penjual    :”ini nduk, 1000 saja. Makasih ya.”
Anak 2                        :”saya juga mau bakwa bu. Beli 2000 ya.”
(tiba-tiba anak 3 datang dan ikut dalam kerumunan)
Lina                 :”lhoh bu Astuti jualan di sini to.”
Ibu penjual    :”eh mbak Lina, iya baru tadi lewat sini, ibu terus mampir berjualan disini.”
Anak 1                        :”Lina kamu kenal to sama ibu penjual ini?”
  Lina                             :”ya kenal to, ibu ini namanya ibu Astuti, dia tetangga ku, bu Astuti ini kan ibunya teman kita, Rani.”
Anak 2            :”owalah, jadi ibunya Rani jualan bakwan .” (dengan nada mengejek)
Ibu penjual    : (tersenyum)
(sesaat kemudian bel tanda masuk kelas berbunyi, anak-anak keluar panggung dan Ibu Astuti mengemasi dagangannya dan keluar panggung)
Jam istirahat SD Nusa Bangsa telah berakhir dan sekarang anak-anak masuk ke kelas masing-masing dan mengikuti pelajaran.
Pelajaran usai setelah bel panjang tanda pulang berbunyi, siswa-siswi SD Nusa Bangsa berhamburan keluar kelas mereka.
(anak-anak masuk panggung hanya sekedar melewati panggung bercengkrama seperti saat pulang sekolah)

Adegan 2 (di lapangan/halaman sekolah)
Pagi yang cerah di SD Nusa Bangsa. Hari ini anak-anak kelas 5 olah raga bersama, anak laki-laki bermain sepak bola dan beberapa anak perempuan bermain lompat tali. Ada juga yang melakukan pemanasan.
Bimo                :“Anak bakwan, sini balikin bolanya. Hahahaha” (teriakan sangat keras terdengar nyaring dari seorang siswa laki-laki teman sekelas Rani yang saat itu sedang bermain sepak bola).
Rani                 : (dengan muka bingung dan sedikit marah hanya berpaling dari Bimo dan teman-temannya, lalu duduk dipinggir lapangan halaman sekolah tempat mereka olah raga)
Bimo                :”dasar anak bakwan, gak punya kuping apa.?” (ngomel sendiri sambil mengambil bolanya).
(saat Rani sedang duduk di bangku panjang dan asik sambil minum es, tiba-tiba Sasa datang dengan kedua teman nya)
Sasa                :“Hey bakwan geser dong, kita juga mau duduk nie.”
Rani                             :” (diam dan bergeser duduknya, memberi sela-sela duduk buat Sasa dan kedua temannya).
Sasa                :”geseran lagi dong, masih gak muat nie.”
Rani                 :”hanya diam tidak menghiraukan Sasa.”
Sasa                : “heeeeyyyy anak bakwan, denger gak sih kamu, geser duduknya.”
Rani                 :”Sa, ini udah gak muat, apa kamu gak lihat. Bangku ini cuma muat buat tiga
orang aja.”
Sasa                :”yaudah dong kamu pergi sana, ini kan cuma muat buat aku sama temen-temen ku.”
Rani                 :”tapi kan aku yang duduk duluan.” (sangat kesal dengan Sasa)
Sasa                :”Apa sih anak bakwan, kamu kan bisa duduk di tempat lain.”
Rani                             : (berdiri dengan marah lalu menumpahkan es yang dia bawa ke baju Sasa)
Sasa                : (marah dan menangis, dia tidak mengira kalau Rani berani nekat melakukan hal itu padanya) “Kok kamu numpahin es nya di baju ku sih. Dasar anak bakwan, miskin, suka cari masalah, kampungan.”
Rani                 : (denagn tegas dan marah) “Nama ku Rani bukan anak bakwan. Sekali lagi kamu panggil aku anak bakwan aku akan siram kamu dengan air satu ember.” (Rani sangat marah dan dia langsung pergi).
(anak-anak yang berada dilapangan pun tercengang melihat pertengkaran Rani dan Sasa. Dan beberapa anak melaporkan kejadian tersebut kepada Bu. Guru).
(dan setelah kejadian itu, anak-anak keluar panggung)

Adegan 3 (di halaman sekolah)
(dari samping panggung Rani keluar dengan muka sedih. Sesekali dia mengusap air matanya)
(dari arah panggung lainnya, ibu Anisa guru kelas 5 SD Nusa Bangsa memanggil Rani, bersama Sasa di sampingnya)
Bu Anisa         :”Rani !!!.”
Rani                 : (segera mengusap air matanya) “ada apa bu.”
Bu Anisa         :”kamu kenapa menumpahkan minuman ke baju nya Sasa?, kamu tahu kan kalau perbuatan mu itu tidak baik. Sekarang sebagai hukumannya, kamu harus membersihkan toilet siswa sampai bersih.”
Rani                             : (Rani yang saat itu marah dan kecewa hanya memilih untuk diam tanpa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Dia hanya mengagukkan kepala dan berlalu keluar panggung)
Rani yang begitu malang hanya bisa pasrah dengan keadaan dirinya. Dia takut jika dia marah hanya akan mempersulit dirinya. Yang dia fikirkan sekarang adalah bagaimana dia bisa menghindar dari bullyan teman-temannya. Saat setelah membersihkan toilet, Rani kembali ke kelas dengan baju yang kotor dan sedikit basah. Dari jauh ruangan kelas Rani nampak sepi. hampir tak ada suara gaduh dari ruang kelas itu.
(dari sudut panggung Rani mengendap-ngendap sambil melihat sekelilingnya, dia khawatir ada teman yang melihat dirinya dengan keadaan seperti itu. Rani berharap tidak akan ada lagi yang mencari masalah dengannya. Namun belum sampai masuk ruang kelas teman-teman Rani menyoraki Rani yang tengah berdiri di pintu kelas (sudut panggung).
All                               : “hhhuuuuuuuuuuuu, dasar anak bakwan, hahahahahaha.” “Rani anak bakwan....Rani anak bakwan”.
Bimo                :“Anak bakwan habis dapat hukuman ya. Hahahahahahaha.”
Sasa                :“Anak bakwan bau, habis bersihin toilet.”
Anak 1                        :“Rani anak bakwan.”
Rani                             : (Dengan muka merah marah, Rani nampak sangat kesal denagn teman-temannya. Dia berteriak) “Nama ku RANI bukan anak bakwan”. (Lalu Ran lari keluar sekolah sambil menangis. Dia sangat sedih dan kecewa).
(anak-anak keluar panggung)

Adegan 4 (di rumah Rani)
(Rani masuk ke rumah/panggung dengan lari dan nafas terenggah2, lalu duduk terdiam di kursi di sebelah ibu nya)
Ibu Astuti      :“Rani, sudah pulang?” (tanya Bu Astuti menyambut kedatangan Rani dari
sekolah).
(Rani hanya terdiam dan tidak menjawab pertanyaan ibunya)
Ibu Astuti      :“Rani, kamu kenapa nak, ibu lihat kamu tidak seperti biasanya? Apa kamu
sakit? Ayo nak kita makan siang dulu. Ibu sudah menyiapkan makan siang untuk kamu”.
(lagi-lagi Rani hanya diam dan tidak menghiraukan ucapan ibunya. Dan tiba-tiba saat itu juga Rani menangis)
Ibu Astuti      :“Rani, kamu kenapa nangis nak? Ada apa?”
(Lagi-lagi tak ada jawaban dari Rani. Malah yang terjadi adalah Rani marah kepada ibu nya dan melepas pelukan ibunya)
Rani                 :“Rani marah sama ibu, sejak Bapak meninggal Rani jadi anak yatim, Rani
diejek teman-teman Rani. Rani malu Bu. Mereka tidak pernah manggil nama Rani mereka selalu memanggil ku anak bakwan. Itu karena Ibu jualan gorengan bakwan. Ini semua salah Ibu. pokoknya Rani nggak mau sekolah. Rani kesal, Rani benci sama teman-teman.
Ibu Astuti      : (tersenyum mencoba tenang) “Rani memang bukan anak bakwan nak, maafin ibu ya, gara-gara ibu kamu harus malu.”
Rani                 : (masih menangis tersedu di pelukan ibunya)
Ibu Astuti      :”baiklah nak, besok ibu akan pergi kesekolahmu dan membicarakan hal ini
sama ibu Guru. Rani jangan sedih lagi ya, jangan khawatir, besok ibu akan
menemui guru mu. Sudah ya nak jangan menangis.”

Adegan 5 (di sekolah)
Keesokan harinya Rani pergi ke sekolah bersama ibu nya. Matanya masih sembab akibat terlalu banyak menangis. Dia nampak masih sangat kecewa, marah dan ketakutan. Ibu Astuti dan Rani menemui Ibu Anisa selaku wali kelas 5 dan membicarakan masalah yang terjadi pada Rani.
(anak-anak telah berada di atas panggung dengan posisi seperti di kelas. Ibu Anisa, ibu Astuti dan Rani masuk panggung sambil berbincang-bincang)
Ibu Anisa       :“Oo, jadi begitu ya bu ceritanya, sebelumnya saya minta maaf karena saya
sendiri sempat menghukum Rani karena waktu itu ada anak yang
mengadukan Rani telah mengotori baju temannya dengan es. Saya juga tidak tahu apa masalah yang sebenarnya terjadi kepada Rani dan juga teman-teman nya. Saya mohon maaf ya bu dan tentunya Rani juga. Dan untuk tindakan selanjutnya saya akan berbicara dengan murid-murid saya mengenai hal ini. Jadi mari silahkan masuk.”

(Bu Anisa mengajak Rani dan Bu Astuti untuk ke kelas 5. Disana Bu Anisa menjelaskan dan menasehati murid-murid nya untuk meminta maaf dengan Rani)
Ibu Anisa       :”Anak-anak, disini telah ada Rani dan juga Ibu Astuti, ibu Astuti ini
adalah ibunya Rani yang biasanya berjualan gorengan bakwan di sekitar
sekolah kita. Hari ini Ibu Astuti menemui ibu dan menjelaskan permasalahan Rani. Dan ibu telah mendengar kejadian sebenarnya dari Rani dan ibunya. Kalian tahu, nama adalah sebuah identitas dan doa yang diberikan orang tua kita sebagai bentuk rasa sayang dan pengharapan atas nama yang diberikan. Jadi sejelek apapun nama yang telah orang tua berikan kepada kita, kita tidak boleh menyesalinya maupun menggantinya. Seperti teman kita ini, namanya bagus Rani. Tapi mengapa kalian malah memanggilnya dengan sebutan anak bakwan?”
Bimo                :“Dia kan ibu nya jualan bakwan bu.”
Ibu Anisa       :“Meskipun ibu nya Rani jualan bakwan tapi dia kan punya nama, RANI, jadi
kalian tidak boleh memanggil nama orang seenaknya saja. Nah sekarang misalnya kamu Bimo, ayah kamu kan punya toko kelontong. Apa kamu mau dipanggil anak kelontong?”
Bimo                :“Emmmmtt.,enggak mau bu.”
Ibu Anisa       :“Makanya anak-anak kita jangan pernah mengejek dan mengganti nama
orang. Apalagi Rani ini teman kita yang pintar dan baik. Dia tidak akan membuat masalah dengan kalian kalau kalian juga tidak membuat masalah dengannya. Kalian mengerti anak-anak?”
All                   :“Iya bu mengerti.”
Ibu Anisa       :“Yasudah sekarang kalian semua minta maaf dengan Rani. Dan kalian harus
tetap memanggil dengan namanya ya.”
All                   :“Iya Bu.”
(Anak-anak pun berjajar bersalaman minta maaf dengan Rani. Mereka menyesal telah mengganti dan mengejek nama Rani. Mereka juga berjanji akan menjadi teman yang baik untuk Rani, meskipun Rani adalah anak yatim dan miskin)
Rani                 :”ibu Rani minta maaf ya, Rani sudah marah sama ibu. Terimakasih bu, sekarang Rani sadar, Rani bangga mempunyai ibu yang hebat, Rani tidak akan malu lagi ibu berjualan bakwan. Rani sayang sama ibu.”
(semua anak bertepuk tangan menyambut kehangatan kasih ibu dan anak antara Rani dan ibunya)
Rani bangga dengan ibunya yang senantiasa sabar dan bekerja keras untuk nya. Sekarang Rani tidak malu dan tidak khawatir lagi dengan ibunya yang jualan bakwan. Karena sekarang teman-teman memanggil anak bakwan dengan nama aslinyanya yaitu RANI.

*** TAMAT ***

Tokoh :
1.     Rani                 (murid kelas 5, berasal dari keluarga sederhana, baik hati, kurang
pemberani, suka mengalah)
2.    Sasa                (murid kelas 5, berasal dari keluarga kaya, sombong, suka
mengejek)
3.    Ibu Aminah    (ibu nya Rani, sabar, penuh kasih sayang, pekerja keras)
4.    Ibu Anisa       (guru kelas 5, baik hati, subyektif)
5.    Bimo                (murid kelas 5, suka mengejek teman, provokator)
6.    Lina                 (murid kelas 5, tetangganya Rani, baik hati)
7.    Anak 1                        (murid kelas 5)
8.    Anak 2                        (murid kelas 5)

0 komentar:

Posting Komentar